Sabtu, 27 April 2024 | 06:20
NEWS

Jamiluddin Ritonga Minta Hasto Tahu Diri, Hormati Keputusan Partai NasDem

Jamiluddin Ritonga Minta Hasto Tahu Diri, Hormati Keputusan Partai NasDem
Jamiluddin Ritonga (Dok. Pribadi)

ASKARA – Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai, sindiran Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto kepada Partai Nasional Demokrat (NasDem) seharusnya tak perlu terjadi sebab masing-masing partai independen dalam menentukan capres yang akan diusungnya.

Wajar saja kalau NasDem bereaksi atas sindiran Hasto tersebut, sebab Hasto tampaknya tidak bisa membedakan NasDem dalam koalisi mengusung Joko Widodo pada tahun 2019 dan NasDem yang akan mengusung Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang.

“Apalagi Ketua Umum Nasdem Surya Paloh sudah bertemu Jokowi sebelum mendeklarasikan Anies sebagai bakal calon presiden. Bahkan menurut Paloh respon Jokowi cukup baik,” ujar Jamiluddin kepada wartawan, Selasa (11/10).

Jamiluddin mengatakan, NasDem melalui Paloh sudah permisi kepada Jokowi terkait pencapresan Anies.

Karena itu, menurut Jamiluddin, tidak ada etika politik yang dilanggar Partai NasDem, termasuk keberadaannya di koalisi partai pendukung Jokowi.

"Lagipula, NasDem sudah menyatakan tetap komit mendukung pemerintahan Jokowi hingga tahun 2024. Ini artinya, NasDem tidak akan meninggalkan Jokowi dari koalisi yang sudah disepakati," ujar Dosen Pasca Sarjana Fikom Universitas Esa Unggul, Jakarta ini.

Jamiluddin menyebut, tentu aneh kalau Hasto yang justru kebakaran jenggot terhadap NasDem.

"Padahal posisi Nasdem dan PDIP di koalisi setara, apalagi Jokowi sendiri tidak berekasi apa-apa," tutur Jamiluddin.

Jamiluddin mengingatkan, Hasto tidak berhak menyindir apalagi menganggap NasDem sudah tak layak ada di koalisi.

"Hanya Jokowi yang seharusnya berhak menyatakan partai mana yang masih berhak dan tidak berhak di koalisi pemerintahannya," tegas Dekan Fikom IISIP, Jakarta 1996-1999 ini.

Jamiluddin menilai, perseteruan tersebut tampaknya percikan ketidakcocokan antara Megawati Soekarnoputri dengan Paloh.

"Memang tidak jelas pemantik ketidakcocokan kedua ketua umum partai politik tersebut. Ketidakcocokan itu terlihat ketika di suatu pertemuan, Surya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan tapi tidak disambut Megawati. Sejak itu, hubungan Surya dengan Megawati memang terlihat dingin," papar Jamiluddin.

Karena itu, Jamiluddin menghimbau, Hasto seharusnya lebih bijak dengan tidak memperuncing ketidakcocokan kedua ketua umum partai.

Mantan Sekjen Media Watch ini juga meminta Hasto untuk tidak masuk ke ranah koalisi, yang memang tidak ada haknya untuk melakukan hal itu.

Kalau Hasto lebih proporsional, kata Jamiluddin Ritonga, seharusnya ketegangan seperti itu tak perlu terjadi. Hasto sudah harus tahu diri, semua partai independen dalam menentukan capres dan berkoalisi.

"Ia tak boleh nyinyir, apalagi berupaya mendikte partai lain. Cara itu hanya akan merugikan dirinya, termasuk partainya," pungkasnya.

Komentar