Kamis, 18 April 2024 | 20:26
COMMUNITY

Catcil: Telaga Cinta Lapas Cipinang Jakarta Timur

Catcil: Telaga Cinta Lapas Cipinang Jakarta Timur
Safari Training Pemulia Jenazah di Lapas Kelas 1 Cipinang

ASKARA - Siang tadi penulis berkesempatan berbagi dengan kawan - kawan narapidana di Lapas Cipinang, Jakarta Timur. Qodarullah penulis diajak oleh Al Mukarom Ustaz Syarif Radin dan menggantikan Al Mukarom Ustaz Harianto, yang qodarullah hari ini beliau berhalangan hadir.

Ini adalah pertama kali penulis masuk ke Lapas Cipinang, pernah sebelumnya di rutan di kawasan Salemba, Jakpus, bersama al mukarom Ustaz Lukman Hakim.

Kesempatan kali ini penulis bersama kawan - kawan dari Majelis Pemuliaan Jenazah Indonesia (MPJI), Umi Munasah, Umi Sri Wahyuni Dan Ustaz Al Mukarom, Ustaz Mugiono dari Dewan Mesjid Indonesia (DMI), hafidzahumullahu.

Ada kesan yang berbeda ketika memasuki Lapas Cipinang. Suasana yang terlihat bersahabat dan lebih manusiawi. Ini yang kemudian oleh Pak Sugeng, salah seorang petugas Lapas Cipinang disebut konsep pembinaan masyarakat yang manusiawi.

Karena program-program dan lingkungan yang dibangun adalah bermasyarakat yang bertata krama dan berpendidikan.

Ada hal yang menarik perhatian penulis ketika berbagi dengan para narapidana. Dalam perbincangan singkat bersama petugas Lapas Cipinang dan beberapa tahanan. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian penulis.

1. Pesantren At Tawwabiin (Pesantren Orang-Orang Yang Bertaubat)

Dalam Lapas ada program "nyantri" yang benar - benar belajar seperti santri. Mereka mempelajari ilmu-lmu syariat, seperti fikih, hadits, tafsir dsb. Bahkan mereka belajar dari kitab kuning (arab gundul).

Masya Allah. Ini adalah hal yang luarbiasa. Barakallahu fiihim.

2. Malu Hati

Dalam sesi pemberian materi, dilakukan dua arah. Ketika ada pertanyaan siapa yg hari ini puasa?

Hampir semua yang hadir menjawab bersamaan, "saya" dan mengangkat tangan. Ini seketika membuat saya tertunduk, malu hati. Karena di depan penulis ada minuman dan cemilan yang baru saja penulis santap.

3. Ghiroh Cinta

Ketika penulis ajukan pertanyaan siapa yang mencintai Allah?

Hampir tidak ada yang mengangkat tangan. Ada beberapa yg tampak ragu dan hanya setengah mengangkat tangan.

Mereka seperti itu mungkin karena mereka merasa malu, bingung atau tidak pantas, karena apa yang telah mereka perbuat. Ini dapat dipahami dan hal yang lumrah. Di sisi lain, jika ada rasa malu, maka itu adalah poin besar bagi seseorang untuk menjadi lebih baik.

Ketika penulis bertanya, siapa yg mau mencintai Allah? Serempak semua mengangkat tangan, tanpa terkecuali.

Allah, Maha Agung dan Maha Indah Allah dengan keagungan cinta-Nya. Pada hakikatnya mereka rindu akan "kehadiran" Allah Ta'ala.

4. Qori Tahanan

Ketika penulis meminta mereka untuk membuka surat Ali Imron ayat 31. Mereka tampak antusias. Bahkan terlihat ada beberapa tahanan berdiri dari duduknya, agak tergopoh - gopoh mengambil Alquran untuk mencari ayat tersebut.

Ketika penulis meminta bantuan untuk membacakan surat Ali Imron ayat 31. Seorang napi yang bernama pak Usman mengangkat tangan lalu membacanya.

Allah, suaranya bagus dan indah, bacaannya tartil. Penulis tidak menyangka akan mendengarnya di dalam Lapas dan dari lisan seorang tahanan. Barakallahu fiihi.

5. Mujahid, Tholabul 'Ilmi

Dari awal penulis datang, setiap pemateri memberikan materinya, penulis perhatikan banyak dari tahanan yang sibuk dan serius mencatatnya. Luarbiasa.

Ketika selesai sesi berbagi ilmu dan belajar bersama. Tiba tiba ada sekelompok tahanan maju ke depan mendekat. Ternyata mereka meminta tanda tangan. Mereka menulis poin-pon isi kajian. Seperti anak anak sekolah ketika menulis kultum sholat traweh dan meminta tanda tangan khatib.

Penulis laksana menemukan "Telaga Cinta Allah di Lapas Cipinang. Dimana banyak yang hendak meraih dan meneguk ampunan dan cinta Allah Ta'ala.

Di sisi lain, penulis merasa faqir dibandingkan mereka. Begitu semangatnya mereka, dalam berupaya meraih cinta Allah. Sementara penulis, tertinggal jauh. Wallahu a'lam bi showab. Catatan Kecil (Catcil)- Agustiar Nur Akbar

Komentar