Kamis, 25 April 2024 | 01:01
NEWS

Reaksi Keras Deportasi UAS dari Singapura, Fadli Zon: Kejadian Ini Penghinaan!

Reaksi Keras Deportasi UAS dari Singapura, Fadli Zon: Kejadian Ini Penghinaan!
Fadli Zon (Dok Twitter)

ASKARA - Diusirnya Ustaz Abdul Somad (UAS) dari Singapura menimbulkan reaksi keras dari Politikus Partai Gerindra Fadli Zon.  

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR itu menyebut tindakan pemerintah Singapura mendeportasi UAS sebagai penghinaan. 

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, UAS merupakan ulama dan intelektual terhormat di Indonesia.

"UAS adalah warga negara Indonesia terhormat, seorang ulama dan intelektual. Kejadian ini penghinaan," tegas Fadli melalui akun Twitter pribadinya (@fadlizon), Selasa (17/5) pagi.

Fadli Zon menyebutkan, tindakan pihak Singapura yang tak memberikan kejelasan terkait alasan deportasi itu sebagai tindakan yang tidak pantas.

"Sangat tak pantas pihak Singapura memperlakukan UAS seperti itu, termasuk 'deportasi' tanpa penjelasan," katanya.

Fadli Zon kemudian meminta Duta Besar RI di Singapura memberikan penjelasan dan ikut bertanggung jawab mengatasi kasus itu.

"Dubes RI di Singapura harus menjelaskan peristiwa ini dan tidak lepas tangan," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, UAS) ditahan pihak Imigrasi Singapura dan mengaku dideportasi dari Negeri Singa tersebut, pada Senin (16/5) kemarin.

UAS kemudian meminta Duta Besar Singapura di Indonesia menjelaskan alasan dirinya bersama keluarga dilarang masuk ke negara tersebut. 

Kata UAS, petugas Imigrasi Singapura tak mampu menjelaskan alasan dirinya dideportasi.

"Itu lah yang mereka tidak bisa jelaskan. Pegawai Imigrasi tak bisa jelaskan, jadi yang bisa jelaskan mungkin Ambassador of Singapura in Jakarta," kata UAS dalam video di kanal YouTube Hai Guys Official, Selasa (17/5).

"You have to explain to our community. Why did your country, your government reject us? Why did your government deport us? Kenapa? Apakah karena teroris. Apakah karena ISIS? Apakah karena bawa narkoba? Itu harus dijelaskan," lanjut UAS. 

UAS menceritakan momen sebelum dideportasi. Mulanya, UAS bersama keluarga dan sahabat hendak berkunjung ke Singapura untuk berlibur dan tiba pada Senin (16/5) siang.

Seluruh berkas untuk masuk ke negara itu sudah lengkap. Saat proses pemeriksaan, istri, anak serta sahabat UAS diizinkan masuk. Namun seorang petugas menarik dirinya.

"Jadi begitu saya mau keluar, ada pegawainya yang bawa tas saya, saya disuruh duduk di pinggir jalan dekat imigrasi. Tas ini sebetulnya tas ustazah, isinya keperluan bayi. Jadi maksud saya mau kasih tas ini kepada ustazah yang udah lepas di sana," terang UAS.

Petugas, kata dia, tak mengizinkan tas yang dibawanya melewati imigrasi. 

"Padahal orang ada di situ. Jadi luar biasa juga orang Singapura ni. Tas pun tak dikasihnya, untuk bayi pun tak dikasih," ujarnya.

Petugas itu pun bertanya kepadanya soal kunjungan ini. UAS mengaku datang bersama keluarga dan sahabat untuk berlibur. Namun, petugas itu justru menjemput rombongan UAS yang awalnya telah diizinkan masuk.

Mereka pun dibawa ke dalam ruang pemeriksaan imigrasi. Petugas itu, kata UAS, memisahkan ruang antara dirinya dengan rombongan.

"Saya dimasukkan ke dalam ruangan, lebar semeter, panjang dua meter, pas macam liang lahat. Satu jam saya di situ," ucapnya.

Sejam di ruangan itu, ia kemudian dipindahkan dan bergabung dengan rombongannya. Mereka ditahan beberapa jam sebelum akhirnya dipulangkan ke Indonesia.

"Setengah lima sore, kapal terakhir baru dipulangkan. Memang lah orang ini luar biasa," jelasnya.

Komentar