Kamis, 02 Mei 2024 | 10:10
NEWS

Jenderal Dudung: Saya Santri, Tidak Pernah Lewat Salat Lima Waktu

Jenderal Dudung: Saya Santri, Tidak Pernah Lewat Salat Lima Waktu
Jenderal Dudung Abdurachman (Dok Istimewa)

ASKARA - Anggapan yang menyebutkan dirinya menjauhi dan memusuhi agama Islam dibantah tegas Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman.

Bahkan, Dudung mengaku sebagai seorang santri. Dia juga mengaku tidak pernah melewati ibadah seperti salat lima waktu hingga puasa.

"Saya kalau kunjungan-kunjungan pasti saya memberikan kultum di masjid-masjid, saya dulunya ini pernah santri, jadi kalau ada orang yang mengatakan saya musuhi Islam itu nggak benar, salah. Saya santri, saya tidak pernah lewat lima waktunya, tidak pernah lewat puasanya, jadi kalau saya mengatakan menjauhi Islam itu salah," tegas Dudung, dalam acara Coffee Morning di Mabesas, Senin (7/2).

Dikatakan Dudung, dalam kultum di sejumlah masjid dia sering menyampaikan pesan agar tidak terlalu dalam mempelajari agama jika tidak ada guru atau ustaz yang membimbing. Namun, pesan yang disampaikan itu dipotong dan menimbulkan polemik.

"Tapi kalimat itu dipotong, kalau belajar tidak mendalam, titik. Makanya saya bilang, kalau saya sampaikan benar sekalipun itu menjadi persoalan," ujarnya.

Dudung juga menyinggung pernyataannya di Podcast Dedi Corbuzier yang mengatakan 'Tuhan bukan orang Arab'.

Pernyataan itu Dudung itu kemudian dilaporkan Koalisi Ulama, Habaib dan Pengacara Anti Penodaan Agama ke Pusat Polisi Militer Angkatan Darat. 

"Saya sampaikan, saya kalau berdoa pakai bahasa Indonesia. Teman-teman juga berdoa seperti ini. Anak saya hari ini ujian semester, mohon diberikan ketenangan semoga bisa menyelesaikan persoalan-persoalan itu dengan baik dan nilainya bagus. Bahasa arabnya kan kira-kira nggak tahu kita. Kalau kita pakai bahasa Indonesia, Allah itu, Tuhan itu mengerti," tutur Dudung.

"Mau pakai bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Ambon, semuanya, bahasa Inggris saja Allah tahu. Karena memang Tuhan itu bukan orang Arab. Jadi bahasanya pakai bahasa Indonesia ya nggak apa-apa, nggak harus pakai bahasa Arab," katanya.

Mantan Pangkostrad itu mengaku heran pernyataan tersebut dipersoalkan oleh kelompok masyarakat tertentu. Menurutnya, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun juga pernah menyampaikan pernyataan yang hampir serupa.

"Dulu Ainun Najib ngomong begitu enggak dipersoalkan. Karena Dudung yang ngomong, kejang. Benar enggak Ainun Najib kan ngomong begitu, karena Dudung (yang ngomong) diserang oleh kelompok. Kelompok itu kecil sebetulnya, tapi nyaring bunyinya," tandasnya.

 

Komentar