Jumat, 19 April 2024 | 23:06
NEWS

Prof Rokhmin Dahuri Mengajak Perguruan Tinggi Berperan Aktif Dalam Reformasi Struktural Ekonomi

Prof Rokhmin Dahuri Mengajak Perguruan Tinggi Berperan Aktif Dalam Reformasi Struktural Ekonomi
Pakar Kelautan dan Perikanan Indonesia, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS

ASKARA – Universitas Tadulako (Untad) melalui Program Pascasarjana memulai tahun 2022 menggelar Kuliah Umum di salah satu hotel di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (3/1). Kuliah umum itu menghadirkan Pakar Kelautan dan Perikanan Indonesia, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.

Dalam paparannya, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan, Perguruan Tinggi (PT) memegang peran yang paling sentral dan strategis di dalam membangun SDM unggul dan kapasitas inovasi bangsa Indonesia.

“Untuk itu, PT harus terus meningkatkan kapasitasnya (jadi a World-Class University) untuk menghasilkan 3 output utamanya/TRI DARMA: lulusan SDM unggul, invensi dan inovasi, dan pengabdian kepada masyarakat yang mensejahterakan,” ujarnya saat menyampaikan kuliah umum bertema Peran Perguruan Tinggu dalam Transformasi Struktural Ekonomi yang Inklusif dan Ramah Lingkungan menuju Indonesia Emas 2045.

Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2019-2024 itu mengajak perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam reformasi struktural ekonomi yakni; pertama, dari dominasi eksploitasi SDA dan ekspor komoditas (sektor primer) dan buruh murah, ke dominasi sektor manufaktur (sektor sekunder) dan sektor jasa (sektor tersier) yang produktif, berdaya saing, inklusif, mensejahterakan, dan berkelanjutan (sustainable).

Kedua, modernisasi dan Hilirisasi sektor primer (kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, dan ESDM) secara produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ketiga, revitalisasi industri manufakturing yang unggul sejak masa Orba seperti makanan dan minuman (Mamin), TPT (Tekstil dan Produk Tekstil), Elektronik, Otomotif, dan lainnya.

Keempat, Pengembangan industri manufakturing baru: EBT, semikonduktor, baterai nikel, bioteknologi, nanoteknologi, kemaritiman, Industry 4.0, dan lainnya. Kelima, semua pembangunan ekonomi (butir-1 s/d 4) mesti berbasis pada Ekonomi Hijau (Green Economy) dan Digital (Industry 4.0).

“Kelima elemen Transformasi Struktural Ekonomi diatas akan melahirkan Gelombang Revolusi Industri Kelima (a New Industrial Revolution built on Sustainability) dan a Sustainable Economy (Development),” terang Ketua DPP PDIP Bidang Kemaritiman ini.

Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Gotong Royong itu  menjelaskan, salah satu problem yang membuat Indonesia terus terjebak dalam negara dengan pendapatan menengah kebawah adalah masalah struktur ekonomi.

Prof Rokhmin mengkritik sejumlah Undang-undang (UU) yang membuat Indonesia terjajah secara politik-ekonomi sejak digantikannya UU No.5/1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dengan beberapa UU seperti UU tentang Penanaman Modal Asing, UU Pertambangan, dan UU Kehutanan yang membebaskan investor asing dan konglomerat nasional mengeksploitasi ESDM dan hutan secara besar-besaran dimana sebagian besar ‘economic rent’ nya dinikmati oleh korporasi asing/MNC.

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menegaskan bahwa untuk melaksanakan Peta Jalan Pembangunan dan Transformasi Struktural Ekonomi tersebut, maka diperlukan SDM (Human Capital) INDONESIA yang produktif, inovatif, kolaboratif (teamwork), ber-IMTAQ, beretos kerja unggul, dan berakhlak mulia.

“Selain kebijakan pemerintah yang benar dan tepat, infrastruktur yang mumpuni, dan Iklim Investasi dan Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business) yang kondusif; SDM unggul dan kapasitas inovasi merupakan kunci utama untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” terang Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara ( MPN ) ini.

Indonesia, kata Prof Rokhmin, memiliki potensi (modal dasar) pembangunan yang sangat besar dan lengkap untuk menjadi negara-bangsa yang maju, adil-makmur, dan berdaulat. Namun, karena belum ada Peta Jalan Pembangunan Bangsa (Nasional) yang komprehensif dan benar serta dilaksanakan secara berkesinambungan, kualitas SDM relatif rendah, dan defisit kepemimpinan (nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan desa) sudah 76 tahun merdeka, Indonesia masih sebagai ‘lower-middle income country’, belum sebagai negara yang maju, adil-makmur.

“Secara ekonomi, Indonesia Emas 2045 akan terwujud, bila kita mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata > 7% per tahun), berkualitas (menyerap banyak tenaga kerja), inklusif (mensejahterakan seluruh rakyat secara adil), ramah lingkungan, dan berkelanjutan (sustainable),” katanya.

Komentar