Keluarga Jenazah Covid-19 Diperas Kartel Kremasi, Jusuf Hamka Tinjau Langsung Krematorium Cilincing
ASKARA - Keresahan dengan adanya kartel kremasi kembali ditunjukkan Muhammad Jusuf Hamka, Pembina Yayasan Krematorium Cilincing, Jakarta Utara dan Pembina Yayasan Kim Tek Im di Petak Sembilan, Jakarta Barat.
Ya, pengusaha jalan tol dan pemilik PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), itu meninjau langsung Krematorium Dr Aggi Tjetje SH Cilincing, Rabu (21/7) kemarin.
Hal itu dilakukannya karena resah mendengar kabar para Kartel memeras hingga Rp 80 juta kepada keluarga jenazah Covid-19.
Hal itu terlihat dari unggahan akun Instagram milik Jusuf Hamka. Ia menuliskan di unggahannya tersebut, Peninjauan Krematorium Dr Aggi Tjetje SH Cilincing.
"21/7/21 siang ini saya meninjau Krematorium Dr Aggi Tjetje SH Cilincing, Jakarta Utara, krematorium ini milik Almarhum kakak saya, dan saya dipercaya untuk jd Ketua Dewan Pembina disitu," tulis Jusuf di media sosialnya, dikutip Kamis (22/7).
Menurut Jusuf, pihaknya sebelumnya tidak menerima jenazah korban Covid-19. Namun,
berita tentang kartel kremasi yang memeras keluarga korban hingga Rp80 juta membuatnya berubah pikiran.
"Tadinya kami tidak menerima Jenazah ex Covid-19, namun sehubungan berita Kartel Keremasi, dan para Kartel memeras hingga Rp 80 juta. Maka, langsung turun tangan ke Cilincing dan memastikan bahwa harga kremasi di Krematorium Dr Aggi Tjetje SH Cilincing harus reasonable dan para tamu harus dilayani dengan baik, jujur dan Amanah," katanya.
Jusuf mengatakan, dirinya sebagai Pembina Yayasan Daya Besar yangg memiliki Krematorium Dr Aggi Tjetje SH Cilincing. Dia juga menetapkan biaya kremasi jenazah Covid-19 di tempat tersebut hanya Rp7 juta.
Namun bila tidak mampu, warga bisa memperoleh pelayanan kremasi gratis, apabila memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Provinsi DKI Jakarta dan Surat Keterangan tidak mampu dari Kelurahan atau membawa Surat dari Kelenteng Kim Tek Ie/ Vihara Dharma Bhakti, di Petak Sembilan.
"Nanti di sana cukup membawa Surat Keterangan (Kematian) dari Dokter," tulisnya.
"Biaya Rp 7 juta itu adalah paket kremasi saat ada COVID-19, dikarenakan pekerja Krematorium Cilincing perlu melakukan pengurusan jenazah pada malam hari, dipisah antara jenazah COVID-19 dan jenazah non-COVID, jadi dobel kerjanya (pagi dan malam)," tulisnya.
Khusus pengurusan jenazah Covid-19, katanya, Krematorium Cilincing menyediakan alat pelindung diri (APD) khusus, untuk meminimalisir potensi penularan Covid-19. Fungsi krematorium, secara umum, adalah fasilitas bagi para keluarga duka yang hendak melaksanakan ritual pembakaran jenazah.
"Dan hingga saat proses kremasi berjalan lancar,karena area Krematorium Cilincing yang memiliki luas kurang lebih lima hektare itu bisa melakukan pembakaran hingga sepuluh jenazah," terangnya.
Selain itu, tambah Jusuf, apabila ada pihak-pihak yang mengajukan proposal bantuan dana atas nama Krematorium Cilincing, ia pastikan itu adalah pembohongan dan penipuan. Karena, setiap sumber pendanaan merupakan sumbangan dari keluarga besar mendiang Dr Aggi Tje Tje SH, pemilik Krematorium Cilincing dan dari keluarga Babah Alun.
"Aggi Tjetje adalah nama kakak saya yang memang beliau pejuang sosial dari dulu, kami tidak pernah mengajukan proposal bantuan dana, jadi kalau ada tolong jangan dipercaya," tandasnya.
Komentar