Kasih Ibu Menjelang Ramadhan
Amak tersenyum, wajahnya bersih, kulitnya yang putih makin bercahaya. Aku dekati Amak, rasanya aku ingin memeluk Amak menumpahkan rasa rindu yang sudah puluhan tahun aku pendam. Namun entah mengapa aku tak melakukan itu, aku dekati Amak yang duduk dan bersandar di dipan.
Amak...Bisikku lirih. Amak menatapku, MashaAllah mata Amak begitu indah, mata yang sangat aku kagumi, siapapun akan terpesona dengan mata Amak. Aku dekati Amak, kami sangat dekat. Tanganku gemetar, aku elus pipi Amak. Amak.. lagi lagi hanya itu yang mampu keluar dari bibirku. Padahal aku ingin cerita bahwa aku sudah buat novel Amak, janjiku saat kecil dulu. Aku sudah tulis Mak, tentang kisah cinta Ibu dan anak. Kisah masa kecilku dulu yang tak pernah Aku lupakan. Novel itu sudah dibaca banyak orang. Semua karena Amak. Aku sudah wujudkan keinginan Amak agar aku terus menulis.
Namun bibirku tak mampu bersuara. Airmataku bagaikan Banjir bandang deras mengalir. Ingin aku peluk erat Amak, melepaskan beratnya beban hidup ini, tapi entah mengapa itu tak aku lakukan. Amak menatapku dengan mata teduhnya. Amak tak bicara apa pun. Namun pandangan mata Amak juga mengandung banyak pesan padaku. Aku pun terhipnotis membisu menatap wajah ibuku.
Beberapa saat kami berpandangan. Masha Allah rindu puluhan tahun terpendam bagaikan gunung api yang meletus. Sesak nafas ini, aku ingin menjerit Amaaak, Apa kabar Amak? Bahagiakah Amak disana? Sampaikah doaku, sedekahku untuk Amak di alam sana?. Amak pasti tidak butuh uang, pakaian termahal, rumah yang mewah. Amak hanya butuh doa anak yang soleha.
Amak.. mengalirkah amal sholeh yang aku lakukan semua ini?. Aku Amak didik untuk menjadi anak yang soleha. Semoga Amak berhasil memetik hasil segala jerih payah Amak yang mengajarkan aku untuk hanya bergantung pada Allah. Alhamdulillah selalu aku pertahankan sampai saat ini.
Amak masih menatapku, wajah Amak makin cantik pakaian putih yang ia kenakan makin membuat Amak bagaikan bidadari. MashaAllah wajah Amak begitu cerah, Amak sepertinya bahagia. Amak bicaralah Amak.. Sedikit saja agar aku tau apa yang Amak rasakan di alam sana. Berlahan aku dekati Amak. Aku duduk disamping Amak.
Dengan tangan gemetar aku raba pipi Amak. Amak tersenyum menatap mataku, masha Allah cantiknya Amak tak satupun anak anaknya yang menulari kecantikan Amak. Wajahku dan wajah Amak makin dekat. Aku ingin cium kening Amak namun tiba-tiba aku merasa tubuhku melayang menjauh dari Amak. Aku menjerit sejadi jadinya. Amak... Jangan tinggalkan aku, Amak aku mau ikut Amak, Amaak.
Tiba tiba aku terbangun. Astagfirullah Aku bermimpi. Alhamdulillah aku mimpi bertemu Amak. Bukankah tidur itu adalah kematian kecil. Atas izin Allah menjelang bulan mulia ini, rohku dipertemukan dengan roh ibuku. Namun rasanya begitu cepat kesempatan itu. Mengapa Amak tak bicara sepatah kata pun?. Aku belum sempat memeluk Amak. Ingin rasanya aku tidur lagi dan mimpi itu bersambung lagi. Namun aku tetap bersyukur karena Allah telah mempertemukan kami walaupun dalam mimpi.
Puluhan tahun yang lalu, ketika usiaku 16 tahun, Amak wafat. Sejak itu ada ruang kosong dihatiku yang tak pernah tergantikan oleh siapapun. Hanya Amak yang bisa mengisi kekosongan itu. Bagiku Amak akan selalu hadir dalam setiap doaku, setiap perjuanganku, dan tak pernah hilang sampai kelak ajal menjemputku.
Alhamdulillah, setiap menjelang Ramadhan Allah izinkan aku bertemu Amak walaupun hanya dalam mimpi, aku merasa ini adalah pesan Amak agar aku benar benar berjuang di bulan mulia ini, selagi masih hidup berbuatlah yang terbaik untuk bekal akhirat, berlombalah dalam kebaikan, jadilah sang juara, jangan hanya ingin terbaik untuk urusan dunia tapi asal asalan untuk akhirat.
Sambut Ramadhan dengan persiapan lahir batin agar bulan Ramadhan tak berlalu sia sia, karena tak ada yang bisa menjamin kita masih hidup di Ramadhan tahun depan. Sungguh rugilah manusia yang menyia nyiakan kesempatan di bulan Ramadhan yang di dalamnya ada malam seribu bulan, malam lailatul qodar. Perlu perjuangan untuk mendapatkannya.
Bagi yang masih punya Ibu bapak, mintalah maaf kepada 2 manusia yang paling berjasa dalam hidup kita. Sungguh ridho Allah ada di ridho orangtua dan murka Allah ada di murka mereka. Jika mereka tiada hilanglah taman surga di dunia ini.
Elva Tazar Penulis Novel Amak mengucapkan selamat menjalani ibadah di bulan mulia. Mohon maaf lahir batin agar tak ada lagi marah, benci dan dendam. Jalani ibadah di bulan Ramadhan dengan hati yang bersih dan indah.
Sidoarjo, 12 April 2021
Ig@elvatazar
Komentar