Derenten (Kebun Binatang) Bandoeng - Bazoga
Nama Derenten itu adalah nama zaman old sedangkan sekarang nama yang jauh lebih keren dan trendi adalah Bazoga singkatan dari “BAndung-ZOological-Garden”.
Bagi kami anak-anak tempo doeloe pergi ke Derenten dengan ayah itu sudah merupakan satu petualangan yang sangat luar biasa. Bahkan melebihi dari pada anak-anak zaman now pergi ke Dufan ataupun Trans Studio. Oleh sebab itulah melalui tulisan ini saya ingin mengajak para pembaca untuk mengenangnya kembali sweet memori yang indah tersebut.
Hampir semua anak-anak tempo doeloe pernah berkunjung ke derenten (bahasa Sunda = Kebon Binatang). Kata ini diserap dari bahasa Belanda dierentuin. Maklum pada saat itu belum ada tempat berbelanja seperti Mal tempat kemana kita bisa jalan-jalan.
Nama Derenten ini lebih dikenal oleh kalangan orang tua tempo doeloe. Sedangkan kalangan generasi muda sekarang mungkin sudah tidak mengenalnya lagi. Kenangan Mang Ucup di masa kecil tentang derenten. Apabila ada orang menikah, mereka melakukan prosesi arak-arakan naik delman ke derenten untuk berfoto ria di sana. Begitu juga pada saat lebaran atau hari raya Idul Fitri.
Biaya karcis masuk ke derenten pada saat itu adalah lima ketip (50 sen) untuk dewasa dan setalen (25 sen) untuk anak-anak. Satu kebahagiaan tersendiri bagi Mang Ucup apabila ayah Mang Ucup, mendiang Abah Awat, mengajak Mang Ucup berkujung ke Derenten, apalagi sambil jajan di sana.
Sudah 70 tahun lebih Mang Ucup tidak menginjak Derenten lagi. Masih teringat dalam benak Mang Ucup, tempat perlindungan satwa seluas 14 hektar ini masih sangat asri. Pepohonan tidak hanya tumbuh di areal kebun binatang saja. Namun juga di luar lokasi, sehingga udaranya masih segar dan sangat cocok untuk rekreasi keluarga.
Aktivitas “Botram” atau makan bersama di bawah pohon-pohon yang rindang. Sambil melepas lelah usai berkeliling melihat aneka satwa benar-benar mengasyikkan. Di tengah derenten ada kandang macan, singa dan juga kandang gajah.
Untuk sebagian orang Sunda, pasti tahu apa artinya botram. Istilah botram kemungkinan besar berasal dari kata Bahasa Belanda “boterham” yang berarti “irisan roti isi mentega dan ham”. Orang-orang Sunda melihatnya dan akhirnya kata ‘boterham’ berubah menjadi “botram” yang memiliki arti “makan bersama di luar rumah sambil menggelar tikar”.
.Awalnya, Derenten ini merupakan sebuah taman botani di Kota Bandung yang disebut Jubileumpark (sekarang Tamansari), terletak di sepanjang bagian barat Huygensweg (sekarang Jalan Tamansari). Taman ini diresmikan pada 1923 untuk memperingati Jubileum Ratu Wilhelmina dari Belanda, sehingga diberi nama Jubileumpark. Pada tahun 1933, bagian selatan Jubileumpark dijadikan kebun binatang, sehingga fungsinya berubah menjadi taman kebun binatang.
Kebun binatang yang dibangun pada 1933 ini merupakan penggabungan dua kebun binatang dari Cimindi dan Dago Atas yang dirancang oleh arsitek asal Belanda, Dr. W. Treffers. Derenten ini dahulu dikelola oleh Bandungse Zoological Park (BZP). Derenten Bandung tempo dulu, Kebun binatang Bandung jaman sekarang.
Pada masa pendudukan Jepang dan selama perang revolusi, derenten telantar. Namun pada 1948, derenten kemudian direhabilitasi. Pada tahun 1956, BZP sebagai pengelola derenten kemudian dibubarkan dan sebagai gantinya didirikan Yayasan Margasatwa Tamansari.
Sayangnya, masyarakat sekarang hanya mengenal Taman Sari sebagainama jalan karena taman ini sudah dianggap bagian penuh dari derenten. Pada saat itu derenten memiliki lebih dari 6.000 satwa, namun sekarang hanya tinggal 930 dari habitat dlm koleksinya. Kemana menghilangnya lebih dari 5.000 satwa tsb? Bahkan ironinya gajah terakhir yg bernama Yani pun telah mati 2016, karena tidak diurus. Rata-rata usia gajah 70 tahun, sedangkan Yani mati dalam usia 34 tahun, berarti mati muda. Kasihan !
Meneer dari Holland dan para aktivis Bandungse Zoological Park (BZP) yang hidup pada tahun 1930-an mungkin tidak pernah mengira jika taman botani di sekitar Huygensweg (Tamansari) yang mereka pilih untuk Kebun Binatang Bandung akan bernasib seperti sekarang ini. Terkepung oleh begitu banyaknya bangunan lain.
Salah satu hutan kota yang masih tersisa dan salah satu tempat rekreasi murah bagi warga. Kota Kembang ini entah sampai kapan bisa bertahan dari desakan permukiman, perkantoran dan tempat usaha.
Kebun binatang seharusnya mampu menjadi sarana rekreasi dan pendidikan, serta menjadi wadah yang kondusif dalam riset, penelitian, dan konservasi alam, khususnya hewan. Namun, yang menjadi masalah sebelumnya adalah Kebun Binatang Bandung tidak dapat memenuhi fungsi tersebut. Kebun Binatang Bandung tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana yang baik bagi hewan maupun bagi pengunjung.
Beberapa binatang terlihat tidak terurus dan kurus, kandang-kandang kotor, berkarat, dan bolong atapnya, sampah berserakan, tidak ada sarana bagi kaum difabel, tidak ada larangan memberi makan pada hewan, sampai pada kurangnya fasilitas belajar bagi pengunjung.
Aneh bin nyata Kebun Binatang yan sedemikian besarnya ini; namun tidak satupun Dr. Hewan yg mereka miliki, sehingga gajah Yani pun akhirnya harus mati dgn cara sangat mengenaskan. Aneh dan menyedihkan!
Namun di akhir tahun yang lampau Bandung Zoo sudah di persolek. Ibarat rumah, BAZOOGA telah melakukan renovasi dengan mengganti seluruh furnitur dalam kandang.
Kini, Bandung Zoo terlihat lebih rapi dengan melakukan renovasi terhadap tujuh kandang satwa karnivor dan membangun skywalk sepanjang 75 meter. Biaya pembangunannya menghabiskan dana sekitar Rp4 miliar.
Saat ini bagi para Pengunjung yang ingin berinterkasi dengan koleksi satwa di Kebun Binatang Bandung, disediakan kesempatan berfoto bersama satwa pada area tertentu. Selain itu, pengunjung juga dapat merasakan sensasi menunggangi satwa di Kebun Binatang Bandung, Wahana Unta Tunggang, Gajah Tunggang & Kuda Tunggang siap melayani pengunjung.
Interaksi satwa dengan zookeeper di Kebun Binatang Bandung tidak sebatas pada pemberian pakan dan perawatan kesehatannya, namun juga pada pertunjukkan satwa. Burung kakatua koki, burung macaw biru kuning, burung rangkong badak, binturong, anjing pudel dan marmut menjadi bintang pada pertunjukkan satwa. Namun sekarang sudah dibuka kebun binatang baru lainnya di Bandung dengan nama "Lembang Park & Zoo".
https://www.youtube.com/watch?v=BCN6HeTal_0
Mang Ucup
Menetap di Amsterdam, Belanda
Komentar