Sabtu, 18 Mei 2024 | 19:01
NEWS

Ternyata Ini Alasan Indonesia Beli Vaksin Covid-19 dari Banyak Negara

Ternyata Ini Alasan Indonesia Beli Vaksin Covid-19 dari Banyak Negara
Ilustrasi. (Shutterstock)

ASKARA - Indonesia membeli vaksin Covid-19 dari banyak negara seperti Korea Selatan, China, Jerman, India, dan Amerika. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membeberkan alasan Indonesia membeli vaksin Covid-19 di banyak negara tersebut. Menurutnya, salah satunya karena pemerintah khawatir negara pembuat vaksin menahan penjualan atau embargo. 

"Ini sudah kejadian. AstraZeneca itu punya Inggris dan sekarang mereka menahan. Kemarin mau kirim ke Australia tapi mereka tahan katanya untuk rakyatnya dulu," kata Budi usai meninjau pelaksanaan vaksinasi massal yang diikuti sekitar seribuan orang di Kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes Provinsi Bengkulu, Kamis (11/3). 

Budi menyebut, Indonesia beruntung tidak membeli vaksin Astrazeneca dari Inggris tetapi membeli vaksin jenis itu dari Korea Selatan dan India. Namun, kata Budi, Indonesia menjalin kerja sama dengan lima negara penyedia vaksin Covid-19 yakni Tiongkok produsen vaksin Sinovac, Korea Selatan dan India vaksin Astrazeneca, Jerman vaksin Pfiser dan Amerika vaksin Novavax. 

"Amerika punya vaksin, namanya Johnson dan Johnson (J&J) yang cuma sekali suntik dan itu tidak boleh keluar dari negaranya. Vaksin ini rebutan sekali. Kenapa kami memilih empat karena kalau satu nyangkut kami ada di tempat lain," paparnya.

Budi mengatakan, suplai vaksin di Indonesia hingga Juni diperkirakan baru mencapai 80-90 juta dosis. Angka itu baru sekitar 24 persen dari total kebutuhan yakni 363 juta dosis yang 181,5 juta orang.

"Suplai terbesar diperkirakan mencapai 75-76 persen berlangsung pada Juli hingga Desember 2021 mendatang," ucap Budi.

Dia melanjutkan, khusus vaksin Astrazeneca buatan Korsel dan India saat ini sudah tiba di Tanah Air sebanyak 1 juta dari 11 juta dosis. Vaksin itu merupakan kerjasama multilateral dengan WHO untuk negara-negara berkembang.

Menurut Budi, keterbatasan ketersediaan vaksin ini membuat pemerintah harus berusaha keras mengatur jadwal pelaksanaan vaksinasi, sehingga tidak terhenti dan dilakukan bertahap.

"Banyak yang bilang negara lain bisa suntik satu juta per hari. Saya bilang kalau kita juga satu juta per hari, selama tiga hari selesai terus satu bulan berikutnya ngapain," ujarnya.

Budi menjelaskan, pemerintah menargetkan peningkatan jumlah vaksinasi harian hanya sekitar 100 ribu vaksinasi per hari pada Feburari lalu dan pada Maret hingga April dinaikkan menjadi 500 ribu vaksinasi per hari.

"Kemudian pada Mei dan Juni ditargetkan mencapai satu juta vaksinasi per hari, lalu setelahnya yakni Juli hingga Desember bisa mencapai lebih dari satu juta vaksinasi per hari," jelas Budi. (jpnn/ant)

Komentar