Rabu, 22 Mei 2024 | 03:29
NEWS

Tidak Semua Pelaku UMKM Kuliner Terdampak Pandemi

Tidak Semua Pelaku UMKM Kuliner Terdampak Pandemi
Ilustrasi. (Majalahpajak)

ASKARA - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan pemerintah untuk memutus mata rantai Covid-19 membuat perkembangan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) menurun.

Ha itu dibenarkan Sekjen Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) Siti Radarwati saat webinar "Kiat Menjadi UMKM Kuliner" yang digelar oleh Jagatbisnis.com di Hotel Aston Priority, Jakarta, Sabtu (23/1).

Menurut wanita yang biasa disapa Bunda Ati ini, bisnis katering salah satu yang imbas keganasan akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, bisnis katering mengalami penurunan omset hingga 40 persen. Bisnis katering seperti wedding organizer sangat menurun drastis.

"Bisnis kuliner di wedding orginazer di masa pandemi ini tidak ada kegiatan, berhenti semuanya. Semua drop orderan. Kalau dipukul rata bisnis katering turun 40 persen," katanya.

Meski ada bisnis kuliner yang menurun drastis tapi ada juga bisnis kuliner yang justru naik di masa pandemi ini. Menurut Bunda Ati, bisnis kuliner UMKM yang omsetnya naik di masa pandemi adalah pelaku UMKM yang mengopimalkan digitalisasi yakni memasarkan produk secara online.

"Mereka yang bisa memanfaatkan pemasaran secara online mengalami peningkatan omset untuk produk-produknya. Sebab ada pergeseran perilaku pembeli yang tadinya melakukan tatap muka menjadi secara online," jelasnya.

Senada disampaikan oleh pelaku usaha UMKM Lutfi Nugraha. Pengusaha UMKM bernama Aku Singkong ini mengatakan, sebelum masa pandemi penjualan produk menggunakan sistem getok tular yakni sistem tradisional.

Awalnya Aku Singkong dijual melalui majelis taklim atau pengajian ibu-ibu. Sebab, produk Aku Singkong diproduksi oleh para santri pesantren, yang nantinya keuntungan tersebut digunakan untuk perkembangan atau kemajuan pesantren.

"Produk kami adalah hasil kerja dari para santri sebagai mereka yang bercocok tanam singkong. Sebab, hasil dari penanaman singkong keuntungannya untuk pendidikan di pesantren. Sedangkan untuk pemasaran, kami menjualnya ke para ibu-ibu pengajian atau majelis taklim. Nah, dari ibu-ibu itu, produk kami dipromosikan kepada anak-anaknya yang telah bekerja di kantoran. Secara tidak langsung produk kami melebar ke perkantoran. Jadinya kami minim biaya promosi," jelas Lutfi.

Namun, di masa pandemi ini, penjualan Aku Singkong mengalami penurun. Sebab, majelis taklim tidak ada, semua kegiatan yang bertatap muka dihentikan. 

"Ini berdampak pada penjualan kita," ucap Lutfi.

Akhirnya, Lutfi beralih menggunakan penjualan secara e-Commerce melalui online. 

"Agar kita tetap berproduksi, kami jualannya melalui online. Yang awalnya tradisional sekarang mengikuti perkembangan digitalisasi," jelas Lutfi.

Sementara itu, Paundra Hanutama, Director of Marketing Communications Aston Simatupang mengatakan, pihaknya siap membantu para pelaku UMK untuk kembali berjaya di masa pandemi Covid-19 ini.

"Kita selalu siap melakukan kerjasama dengan pelaku UMKM untuk memasarkan peroduk-produknya agar para pelaku UMKM bisa berkembang lagi di masa pandemi ini," ucapnya. (industry) 

Komentar