Sabtu, 11 Mei 2024 | 16:41
NEWS

78 Persen Pelajar Kangen Sekolah Tatap Muka

78 Persen Pelajar Kangen Sekolah Tatap Muka
Ilustrasi. (Antara)

ASKARA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia melakukan survei untuk mengetahui pendapat para pelajar soal pandemi Covid-19 dan sekolah tatap muka. 

Hasilnya, sebanyak 78,17 persen pelajar ingin kembali belajar di sekolah atau menjalani sekolah tatap muka. 

Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti melakukan survei singkat persepsi peserta didik tentang rencana pemerintah membuka pembelajaran tatap muka pada Januari 2021. 

"Survei ini dibuat untuk mendengarkan suara anak-anak Indonesia," kata Retno dalam keterangannya, Rabu (6/1). 

Retno menjelaskan, dari 62.448 responden pelajar mayoritas setuju sekolah tatap muka dibuka pada Januari yaitu sebanyak 48.817 siswa atau 78.17 persen. Sedangkan yang tidak setuju sebanyak 6241 siswa atau sekitar 10 persen. Pelajar yang menjawab ragu-ragu mencapai 10.078 orang atau 16,13 persen.

Para siswa yang setuju dengan sekolah tatap muka umumnya beralasan sudah jenuh dengan pembelajaran jarak jauh. Mereka juga membutuhkan praktikum dan membahas materi pelajaran sulit yang tidak bisa diberikan melalui daring. Hampir 56 persen pelajar yang setuju sekolah tatap muka berada di jenjang kelas 6 SD, kelas 9 SMP, dan kelas 12 SMA/SMK.

"Pelajar yang tidak setuju sekolah tatap muka umumnya khawatir tertular Covid-19 karena kasusnya masih tinggi di daerah mereka. Ada juga yang tidak setuju sekolah tatap muka lantaran meragukan kesiapan sekolah dalam menyediakan infrastruktur dan protokol kesehatan," jelas Retno.

Survei digelar pada 11-18 Desember 2020. Dari 62.448 pelajar yang mengikuti survei, sebanyak 55 persen di antaranya adalah siswa dan 45 persen siswi. Jenjang pendidikan yang berpartisipasi yaitu pelajar SD sebanyak 28.164, pelajar SMP 28.132, pelajar SMA 3707, dan pelajar SMK 4184 orang. Pelajar SLB yang mengikuti survei sebanyak 49 anak dan sisanya 900 pelajar dari madrasah.

Survei mencakup 34 provinsi dengan mayoritas pelajar tinggal di Pulau Jawa. Provinsi dengan peserta survei tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur, Yogyakarta. Ada pula pelajar dari Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Jambi, NTB, Bengkulu, dan provinsi lain.

Adapun, aplikasi yang digunakan untuk melakukan survei adalah Google Form dengan metode penyebaran kuesioner melalui Whatsapp dan Facebook dengan dibantu pegiat pendidikan dan para guru dalam jaringan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).

Komentar