Senin, 20 Mei 2024 | 23:28
NEWS

Bareskrim Polri Telusuri Mahalnya Harga Kedelai, Ternyata Ini Penyebabnya

Bareskrim Polri Telusuri Mahalnya Harga Kedelai, Ternyata Ini Penyebabnya
Kedelai (Dok Antara)

ASKARA - Satgas Pangan Bareskrim Polri telah meninjau sejumlah gudang importir kedelai di wilayah Jabodetabek. Hal itu dilakukan untuk menelusuri dugaan penimbunan kedelai yang menyebabkan melambungnya harga tempe dan tahu di pasaran. 

Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono menuturkan, Satgas Pangan bergerak ke gudang penyimpanan kedelai PT Segitiga Agro Mandiri di Bekasi, Jawa Barat. 

Kapasitas penyimpanan hingga 7.000 ton kedelai per bulan. Kedelai ini, biasa digunakan untuk pakan ternak maupun pembuatan minyak kedelai.

"Bahwa kedelai impor tersebut selain diperuntukkan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kualitas II juga dipergunakan, proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainnya," kata Argo dalam keterangannya, Rabu (6/1).

Perusahaan itu juga mendistribusikan kedelai untuk UMKM yang bergerak di industri tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. 

Biasanya, perusahaan itu mendistribusikan 250-300 ton kedelai per hari. Namun, sejak beberapa bulan terakhir ini, perusahaan melaporkan kenaikan harga kedelai.

"Didapat informasi dari staf perusahaan tersebut, kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya Rp 6.800 menjadi Rp 8.300," jelas Argo. 

Selain itu, disebabkan karena sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal langsung tujuan Indonesia sangat jarang. Sehingga menggunakan angkutan tujuan Singapura dan sering terjadinya keterlambatan. "Menunggu waktu dalam connecting ke Indonesia sehingga keterlambatan antara 2- 3 minggu," beber Argo. 

Pengecekan juga dilakukan di PT FKS Mitra Agro yang berlokasi di Cikupa, Tangerang. Melalui penelusuran ini, diketahui perusahaan telah memasok 533,29 ton sekaligus mendistribusikan 79 ton kedelai per 31 Desember 2020. Saat ini, perusahaan masih menyetok sekitar 800 ton kedelai.

"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," papar Argo.

Serta meninjau PT Sungai Budi di Daan Mogot, Tangerang. Dilaporkan per 4 Januari 2021, perusahaan ini telah memasok 400 ton kedelai. Sebanyak 300 ton kedelai siap didistribusikan ke konsumen. Kini, sisa stok per 5 Januari 2021 sebanyak 100 ton kedelai.

Bareskrim masih turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Polri menegaskan akan menindaktegas oknum yang terbukti melakukan penimbunan. 

Sejauh ini, Polri menduga penimbunan ini menyebabkan terjadinya kelangkaan dan peningkatan harga kedelai di pasaran.

"Polri merespons kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila ditemukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," tandasnya.

Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit mengatakan tim telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi. 

"Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu," kata Listyo Sigit dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (5/1).

Diketahui, terjadi kenaikan harga kedelai di awal tahun 2021 ini yang menyebabkan sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1 hingga 3 Januari.

 

Komentar