ASKARA - Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengingatkan sekolah tidak menggelar pembelajaran tatap muka di awal tahun 2021, jika belum siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Bahkan, Doni meminta pembelajaran tatap muka harus dibatalkan ketika mengancam keselamatan masyarakat sekolah.

"Para kepala dinas kesehatan diingatkan untuk bisa memberikan masukan, membatalkan semua aktivitas, kegiatan sekolah tatap muka manakala terjadi hal yang dapat mengancam keselamatan jiwa anak murid, para pelajar, termasuk guru dan juga orang tua," ujar Doni dalam keterangannya, Senin (14/12).

Selain itu, sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka harus melakukan evaluasi setiap minggu. Dengan memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar tatap muka tak menimbulkan klaster baru. 

"Tiap daerah harus memiliki straregi dalam mengatasi pandemi ini," ucapnya.

Maka protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak mesti selalu diterapkan, termasuk dalam kegiatan belajar tatap muka. 

Segala kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan pun wajib ditiadakan. Sebab virus corona bisa mengancam siapa saja tanpa terkecuali. 

Risiko-risiko ini harus dijadikan pertimbangan para pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan. Keselamatan seluruh pihak harus menjadi prioritas utama.

"Sekali lagi, jangan anggap enteng Covid. Covid ini ibarat malaikat pencabut nyawa, silent killer, bisa membunuh siapa saja tanpa kecuali," pesan Doni. 

Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri menyatakan sekolah di seluruh jenjang boleh dibuka mulai Januari 2021. Pembukaan sekolah tak lagi terikat status zona penyebaran covid-19. Artinya, daerah yang masuk kategori zona merah pun boleh membuka kelas tatap muka mulai awal tahun depan.

Namun, keputusan pembukaan sekolah ada di tangan pemerintah daerah (Pemda). Ada pula sejumlah protokol kesehatan yang wajib dipenuhi ketika memutuskan membuka sekolah.