Jumat, 19 April 2024 | 08:39
OPINI

Cerita Duka Koalisi Tetangga

Cerita Duka Koalisi Tetangga
Nasrudin Hoja

Tetangga adalah lingkungan terdekat untuk berbagi cerita. Bercengkerama, bersenda gurau, hingga bertengkar. Ada suka dan duka dalam bermitra. Mengisi ruang bangsa dan negara.

Istri Nasrudin Hoja kesal pada suaminya sang sufi. Sambil menggerutu meminta Nasrudin agar keluar rumah untuk mencari nafkah. Kemiskinan membuatnya menderita. Keluarlah Hoja bersujud dan berdo\'a keras berharap Allah memberi uang kepadanya.

Tetangganya yang melihat dan mendengar Nasrudin berdoa dengan suara keras, segera mempermainkannya dengan melemparkan seratus keping perak ke atas kepalanya. Nasrudin mengumpulkan uang perak itu dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Tetangganya kaget uangnya dibawa, lalu terjadi pertengkaran. Nasrudin beralasan uang itu pemberian Allah yang dijatuhkan melalui kepalanya. Tetangganya ngotot bahwa itu adalah uang miliknya.

Tetangganya usul agar masalah ini dibawa ke depan Hakim. Akan tetapi Nasrudin menyatakan tak punya sorban, pakaian, dan kuda yang bagus untuk pergi ke kota menghadap Hakim. Lalu tetangganya meminjamkan semua keperluan itu. Demi perjuangan hak dan keadilan.

Di depan Hakim, tetangganya mengadukan masalah yang dipersengketakan. Hakim bertanya tentang argumen Nasrudin Hoja atas gugatan tetangganya. Nasrudin menjawab bahwa tetangganya itu gila, sikapnya selalu menyatakan segala adalah miliknya. Ketika tetangganya teriak "pak Hakim, memang benar uang perak dan sorban, kuda, serta pakaian yang dikenakan Nasrudin adalah milik saya !", maka Hakim segera memutuskan. "Saya sudah mengerti".

Nasrudin tersenyum. Menang.

Begitulah jika memiliki tetangga koalisi yang gemar bermain-main. Sementara mitra koalisinya adalah politisi cerdik tapi licik, maka kelak panggung pertunjukan kekuasaan hanya menghasilkan kejengkelan dan senyum senyum. Bagai peran orang gila di panggung sandiwara. Panggung orang gila yang memimpin negara.

M Rizal Fadillah

Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Komentar