Sabtu, 20 April 2024 | 18:38
NEWS

Rekonsiliasi Kebangsaan Negara Indonesia Jadi Momentum Pengikat Persatuan

Rekonsiliasi Kebangsaan Negara Indonesia Jadi Momentum Pengikat Persatuan
(Askara/Dhika Alam Noor)

ASKARA - Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan rasa persatuan. Karena persatuan menjadi kunci menjaga bangsa Indonesia tetap utuh. 

Pendiri GMRI Eko Sriyanto Galgendu menyatakan bahwa rekonsiliasi ini bentuk keinginan bersama dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan mencoba merangkul semua pihak tanpa membeda-bedakan suku, ras atau agama. 

"Kita mencoba mengetuk pintu hati mereka akan pentingnya satu ikatakan kebangsaan. Kami yakinkan mereka akan tanah dan air yang melahirkan," kata Eko di Gedung Candranaya, Ballroom Hotel Novotel, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Senin (26/10).

Menurut Eko, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menguatkan ikatan kebangsaan. Dia juga menemui sejumlah pemuka agama demi terwujudnya Gerakan Rekonsiliasi Indonesia. 

"Kami jelaskan kepada mereka bahwa kondisi sekarang ini sangat memerlukan ikatan kebangsaan. Hingga suatu saat saya bertemu dengan Bhante Dammasubho Mahathera," jelasnya.  

Berkat kegigihan dan semangatnya, Eko berhasil meyakinkan para pemuka agama untuk melanjutkan gerakan rekonsliasi tersebut. 

"Saya kemudian bisa mengetuk hatinya, meyakinkan kepada beliau. Walau saya tahu beliau sebagai pemuka agama Budha pastinya tidak kemudian sederhana ketika memahaminya," katanya.

Pelaksanaan rekonsiliasi Indonesia dapat terjadi setelah melewati proses panjang yang berawal dari sebuah renungan suci yang dilakukan di kawasan Siti Inggil, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. 

"Sebenarnya proses yang terjadi hari ini merupakan suatu rangkaian dari peristiwa. Semuanya berawal dari renungan suci sumpah palapa," tutur Eko. 

Kala itu telah berproses kurang lebih 2 tahun mereka bersama-sama, tepatnya pada bulan September beberapa tahun lalu melakukan renungan suci tersebut.

"Kami selenggarakan renungan suci sumpah palapa, tempatnya di Mojokerto yang dipercaya sebagai situs pendiri Kerajaan Majapahit," beber Eko. 

Dikatakannya, kebangsaan harus terus diikatkan, dieratkan, dijadikan satu, dan dilekatkan. Maka pada saat ini mereka menggunakan lambang Gerakan Rekonsiliasi Indonesia. 

"Di dalam spirit kebangsaan itu ada ideologi negara yaitu Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Jadi, kunci dan tegaknya berdirinya negara ini adalah Pancasila," ucap Eko.

Budayawan Jaya Suprana mengenang ketika berbincang dengan Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Tentang kampanye pluralismenya mengizinkan perayaan Imlek secara terbuka. 

"Kalau bukan atas perjuangan atau prakarsa Gus Dur mustahil hari Raya Imlek di masa Orba resmi dilarang. Itu ternyata dapat dikembalikan pada semula yaitu dirayakan oleh bangsa Indonesia," ujar Jaya Supraya melalui keterangan video. 

Hal ini adalah suatu peristiwa kebudayaan dan peradaban yang sangat beragam untuk bangsa Indonesia. Untuk membuktikan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar slogan tapi menjadi falsafah bangsa Indonesia.  

"Gus Dur waktu berpesan cintailah tanah, air dan udara di atas segala-galanya," imbuh Jaya Suprana. 

Dalam kesempatan itu, Jaya Suprana mengapresiasi Gerakan Rekonsiliasi Indonesia untuk menumbuhkan semangat kebangsaan. Seperti yang telah dilakukan para pendiri bangsa terdahulu. 

"Saya sampaikan selamat kepada anda semua yang melaksanakan pertemuan hari ini. Untuk membangun semangat kebangsaan kita adalah bangsa Indonesia dan kita cinta Indonesia," pungkasnya.

Senada, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti mendukung Gerakan Rekonsiliasi Indonesia. Menurutnya, pernyataan sikap warga keturunan Tionghoa sebagai putera puteri Indonesia adalah buah dari gerakan moral ini. 

"Rekonsiliasi Indonesia ini bertujuan untuk memperkuat keberadaan Indonesia menjadi satu wadah, yang kuat guna menuju tujuan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945," kata Rosarita Niken. 

Turut hadir dalam kegiatan itu di antaranya mantan Wakil Kepala Staf TNI AD Letjen (Purn) Kiki Syahnakri, Irjen (Purn) Pol Budi Setiawan, Mayjen (Purn) TNI Adi Sudaryanto, Mayjen (Purn) TNI Sugeng, tokoh muslim Tionghoa Yusuf Hamka, dan sejumlah pemuka agama lainnya.

Berikut Deklarasi dan Pernyataan Sikap Warga Keturunan Tionghoa Sebagai Putera Puteri Bangsa Indonesia:  

1. Fakta Tanah Air
Sudah hampir 700 tahun sejak dinaungi dan diarahkan oleh Laksamana Cheng Ho untuk pindah Tanah Air di Indonesia

2. Fakta Sejarah
Sejak hampir 700 tahun lalu memiliki satu ikatan, satu tujuan, satu kehormatan, martabat, cita-cita dan tujuan bersama sebagai putera puteri Indonesia. 

3. Fakta Tradisi 
Sudah hampir 700 tahun kami memiliki tradisi (turun menurun darah) di Tanah Air dan tanah tumpah darah Indonesia.

4. Fakta Kepemimpinan
Sudah hampir 700 tahun kami dilindungi, dijaga dan diberi kepercayaan oleh pemimpin bangsa Indonesia

5. Fakta Kehormatan dan Kewibawaan
Sudah hampir 700 tahun kehormatan dan kewibawaan kami dijaga oleh bangsa Indonesia.

Komentar