Selasa, 07 Mei 2024 | 12:21
NEWS

Siswi di Gowa Bunuh Diri karena Tugas dari Sekolah, Tamparan Keras untuk Pemerintah

Siswi di Gowa Bunuh Diri karena Tugas dari Sekolah, Tamparan Keras untuk Pemerintah
Ilustrasi bunuh diri (Dok Gatra.com)

ASKARA - Dunia pendidikan Indonesia berduka, seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan berinisial MI berusia 16 tahun nekat bunuh diri dengan meminum racun, Sabtu (17/10).

Hal itu akibat minimnya standar pengelolaan pembelajaran jarak jauh kembali menelan korban. Siswi itu mengakhiri hidupnya diduga lantaran beban tugas daring dari sekolahnya. 

Korban kerap bercerita pada teman-temannya perihal sulitnya akses internet di kampung, sulitnya akses internet di kediamannya menyebabkan tugas-tugas daringnya menumpuk.

Mirisnya, MI merekam aksi bunuh dirinya dalam sebuah video. Rekaman ponsel berdurasi 32 detik itu menunjukkan detik-detik ketika korban meminum racun rumput.

"Kejadian ini menurut kami bukan kejadian tunggal," kata Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia, Muhammad Ramli Rahim dalam keterangan tertulis, Senin (19/10).

Stres yang dialami siswa akibat pembelajaran jarak jauh yang tidak memiliki standar khusus dan cenderung sangat memberatkan siswa dari sisi tugas-tugas. 

"Telah mengakibatkan depresi terhadap siswa yang akhirnya dapat berujung pada kejadian bunuh diri seperti ini," ucap Ramli. 

Jumlah mata pelajaran yang sangat banyak ditambah dengan mudahnya guru memberikan tugas kepada siswa menjadi beban yang begitu berat bagi siswa. 

"14-16 mata pelajaran tentu bukan sesuatu yang mudah apalagi dengan dukungan jaringan internet yang tidak memadai," sesalnya. 

Organisasi guru sejak awal sudah meminta pemerintah pusat dan menyampaikan langsung ke Mendikbud Nadiem Makarim, bahwa beban mata pelajaran yang dialami siswa menjadi masalah utama rendahnya kualitas pendidikan. 

"Namun hingga saat ini upaya penyederhanaan kurikulum tampaknya masih mengalami jalan buntu," imbuhnya. 

"Nadiem Makarim seolah tidak punya formulasi untuk menuntaskan masalah jumlah mata pelajaran yang sangat membebani anak didik ini," kritiknya. 

Standar penugasan oleh guru juga tidak diatur, baik oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dinas pendidikan provinsi maupun dinas pendidikan Kabupaten Kota. 

"Bisa dibayangkan jika setiap guru memberikan satu saja tugas setiap minggu maka setiap siswa akan mendapatkan 14-16 tugas yang harus dituntaskan," ujar Ramli. 

Seharusnya, kepala sekolah dan para guru konseling, mampu mengetahui dan mengukur beban yang dialami siswa akibat banyaknya penugasan penugasan yang dilakukan para guru di suatu sekolah. 

"Kejadian bunuh diri oleh siswa di kabupaten Gowa ini, seharusnya menjadi alarm sangat keras kepada pemerintah dan dengan tegas memperingatkan pemerintah masalah penugasan-penugasan ini," tandasnya. 

Komentar