Minggu, 05 Mei 2024 | 02:00
NEWS

Naikkan BLT, Masyarakat Menengah Bawah Paling Terdampak Resesi

Naikkan BLT, Masyarakat Menengah Bawah Paling Terdampak Resesi
Ilustrasi. (Dok. Jawapos)

ASKARA - Pemerintah diminta perlu melipatgandakan jumlah bantuan sosial tunai kepada masyarakat menengah ke bawah termasuk yang rentan miskin. Kelompok masyarakat yang paling terdampak oleh resesi ekonomi.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengusulkan agar pemerintah menaikkan BLT yang sebesar Rp 600 ribu per orang menjadi Rp 1,2 juta per orang per bulan.

"Saat ini belum mencukupi karena BLT misalnya hanya Rp 600 ribu per orang per bulan. Idealnya Rp 1,2 juta per bulan per orang dengan asumsi setiap orang menanggung tiga anggota keluarga," jelasnya kepada media, Jumat (16/10).

Menurut Bhima, masyarakat yang termasuk dalam kelompok 40 persen terbawah akan sangat terdampak resesi. Saat resesi, masyarakat diimbau untuk memiliki tabungan dan dana darurat yang cukup guna mengantisipasi berkurangnya atau bahkan hilangnya pendapatan. 

"Namun kelompok ini bahkan tidak memiliki tabungan karena pendapatan yang didapat sudah habis untuk memenuhi kebutuhan pokoknya," katanya.

Pemandangan kontras justru terjadi pada kelompok masyarakat menengah atas. Kelompok ini saat pandemi Covid-19 dan saat gejala resesi terjadi justru menimbun dananya di produk tabungan yang mudah dicairkan atau produk investasi surat berharga pemerintah untuk memperoleh keuntungan jangka panjang. Dalam jangka pendek, mereka cenderung melipatgandakan dana darurat untuk mengantisipasi jika resesi ekonomi terjadi secara berkepanjangan.

"Sementara itu kelas menengah atas uangnya masih ada tapi disimpan di bank atau di surat utang pemerintah," ujar Bhima.

Melihat data Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan, terdapat pertumbuhan simpanan masyarakat di perbankan yang cukup signifikan terutama untuk tabungan dengan nominal jumbo.

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan per Agustus 2020 tumbuh 11,64 persen secara tahunan (year on year). Pertumbuhan itu melanjutkan tren menumpuknya dana di perbankan pada Juli 2020 ketika pertumbuhan DPK mencapai 8,53 persen (yoy).

Pertumbuhan tertinggi DPK terjadi pada kelompok simpanan dengan nominal di atas Rp 5 miliar yang tumbuh 15,2 persen (yoy) menjadi Rp 3.186 triliun. Kemudian kelompok Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar bertumbuh 10,1 persen (yoy), dan kelompok simpanan Rp 200 juta hingga Rp 500 juta sebesar 9,5 persen (yoy).

Pemerintah sudah memberi sinyal bahwa Indonesia memasuki fase resesi di kuartal III 2020. Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 berada di kisaran minus 1 persen sampai minus 2,9 persen atau melanjutkan kontraksi ekonomi di kuartal II 2020 yang minus 5,23 persen.

Komentar