Jumat, 26 April 2024 | 23:25
COMMUNITY

Gua di Afrika Selatan Sembunyikan Kasur Berusia 200 Ribu Tahun

Gua di Afrika Selatan Sembunyikan Kasur Berusia 200 Ribu Tahun
Border Cave. (A. Kruger)

ASKARA - Meskipun tinggal di gua, manusia purba di Afrika Selatan sudah memikirkan bagaimana membuat alas senyaman mungkin hingga bisa dijadikan serupa dengan kasur yang empuk. 

Para arkeolog berpendapat bahwa kasur tersebut terbuat dari rumput dan abu yang berusia sekitar 200 ribu tahun. Selain lembut, bahan-bahannya juga dapat mengusir serangga.

Ditemukan di Border Cave, gua tersebut telah dijadikan sebagai hunian untuk sementara waktu, sejak sekitar 227 ribu hingga 1000 tahun yang lalu. Para peneliti mengidentifikasi sebuah alas rumput yang terdapat di atas lapisan abu yang lembut dan bersih. Saat masih digunakan tebalnya bisa mencapai sekitar 30 centimeter. Temuan ini telah diterbitkan di Jurnal Science. 

Ini adalah alas tidur tertua yang pernah ditemukan. Mengalahkan temuan sebelumnya di Sibudu, Afsel yang berusia 77 ribu tahun berupa lapisan sedimen yang diselingi oleh abu dan tanaman obat.

"Alas tempat tidur itu berada di bagian belakang gua, tidak terkena angin dan berpotensi aman dari para pemangsa saat kebakaran terjadi di depannya. Gua itu benar-benar kering dan tidak ada yang tumbuh di dalamnya, jadi rumput yang ada di belakang gua dibawa ke sana; rumput tidak bisa tumbuh di bagian dalam gua," kata Lyn Wadley, penulis utama dari Universitas Witwatersrand di Afsel.

Menariknya, rumput itu diletakkan di atas lapisan abu. Ini mungkin memberikan kenyamanan tambahan dan sebuah permukaan isolasi yang bersih, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh penulis dalam penelitian tersebut, abu juga menawarkan perlindungan dari berbagai serangga. Para peneliti juga menemukan jejak kayu kamper yang terbakar. Asap dari tanaman obat aromatik ini dikenal dapat mengusir serangga terbang seperti nyamuk, dan mungkin telah digunakan untuk kenyamanan beristirahat di Border Cave.

"Rerumputan muncul dalam beberapa lapisan, dan pada lapisan tersebut terdapat peralatan batu, tulang-tulang sisa makanan, kayu, semua itu merupakan benda-benda yang akan digunakan orang pada sebuah permukaan bersih yang akan berfungsi serta area tidur. Di samping tempat tidur ada perapian kecil yang akan digunakan untuk keperluan rumah tangga dan menjauhkan predator. Pengaturan semacam ini adalah jenis tempat perkemahan pemburu-pengumpul yang khas," papar Wadley

"Melalui penggunaan abu dan tanaman obat untuk mengusir serangga, kami menyadari bahwa mereka memiliki pengetahuan farmakologis," tambahnya.

Penemuan sederhana dari hamparan rumput berusia 200 ribu tahun ini memiliki beberapa implikasi antropologis yang sangat berarti. Ini menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup saat itu sudah menggunakan otak besarnya untuk memecahkan permasalahan dan berinovasi yang merupakan ciri khas dari spesies kita.

Manusia purba ini juga menunjukkan kemampuannya dalam membuat serta menggunakan api dan untuk menemukan kegunaan dari produk sampingnya yaitu abu dan asap yang memiliki kegunaan tertentu. (ikons)

Komentar