Kamis, 25 April 2024 | 17:32
NEWS

Penemuan Obat Covid-19 Tidak Bisa Langsung Klaim

Penemuan Obat Covid-19 Tidak Bisa Langsung Klaim
Profesor Ali Gufron Mukti. (Dok. BNPB)

ASKARA - Meski ada klaim keberhasilan menemukan obat virus corona namun proses penemuan obat terutama penanganan wabah membutuhkan proses panjang dengan beragam prosedur.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN Profesor Ali Gufron Mukti mengatakan, proses menemukan obat juga diawali dengan penelitian yang memiliki berbagai tahapan. Sehingga aman diimplikasikan kepada masyarakat. 

"Menemukan sebuah obat diperlukan proses yang sangat panjang karena menyangkut keamanan hidup masyarakat. Obat yang salah akan bisa menjadi racun dan berbahaya," ujarnya di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (6/8).

Prof. Ali mengatakan, proses pertama dalam melakukan suatu penelitian adalah presentasi kepada kolega agar hasil penelitian bisa didiskusikan bersama mengenai kelayakannya. 

"Oleh karena itu, biasanya orang melakukan penelitian sebelumnya membuat proposal terlebih dahulu," ujarnya. 

Kemudian proposal harus lulus dalam uji etika kelayakan yang diuji komite etik. Makanya tak bisa sembarangan mengklaim telah menemukan obat. 

"Jadi tidak bisa langsung mengklaim menemukan obat. Harus ada prosedur yang dijalankan," kata Prof. Ali.

Pemerintah terbuka dan mengapresiasi siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam penemuan obat Covid-19 di Indonesia. Pemerintah akan memfasilitasi serta mendukung segala penelitian dalam penemuan obat Covid-19 asalkan sesuai dengan koridor dan etika yang ada.

Selain itu, usaha memutus penyebaran Covid-19 juga dilakukan dengan berbagai inovasi yang telah banyak tercipta. Peneliti dan akademisi di Indonesia telah menghasilkan lebih dari 60 inovasi.

"Berbagai inovasi selama empat bulan terakhir telah dihasilkan, seperti robot perawat, rapid test kit dan lain sebagainya. Bahkan PCR yang biasanya kita impor, sekarang tidak," jelas Prof. Ali.

Juga telah membuat mobile laboratory, di mana laboratorium bisa menghampiri masyarakat. Itu juga inovasi yang dibuat oleh anak bangsa. 

"Terakhir adalah ventilator canggih yang dibuat oleh UGM. Yang kalau kita impor itu bisa miliaran tapi ini hanya Rp 450 juta," jelas Prof. Ali. 

Komentar