Jumat, 19 April 2024 | 07:20
COMMUNITY

Petilasan Terakhir Prabu Siliwangi

Petilasan Terakhir Prabu Siliwangi
Pura Parahyangan Agung Jagatkarta. (IG/d_oenhousebanjarbaru)

ASKARA - Pura Parahyangan Agung Jagatkarta adalah pura terbesar di luar Pulau Bali setelah Pura Besakih. Pura ini memiliki status Kahyangan Jagat.

Berlokasi di Desa Taman Sari, Siopus, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dibangun tahun 1995 dengan biaya kurang lebih Rp 15 miliar. Pembangunannya memakan waktu lima tahun.

Di pura yang berada di bumi suci Parahyangan (Para Hyangan) inilah diyakini sebagai salah satu petilasan Prabu Siliwangi, raja paling masyhur dan paling dipuja. Di lereng Gunung Salak sebagai simbol Maha Meru, tempat bersemayam para dewa. 

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dibangun untuk menghormati Prabu Siliwangi beserta para prajuritnya yang konon menjelma menjadi Macan yang menjaga Tanah Sunda.

Cerita turun temurun, konon dulu sering terjadi hal-hal gaib di wilayah ini yang berhubungan dengan Prabu Siliwangi, raja masyur dari Kerajaan Hindu terakhir di Tanah Sunda. Ada yang percaya di tempat pura ini berdiri adalah tempat Prabu Siliwangi bersama para prajuritnya mencapai moksa dan kemudian menghilang.

Sebelumnya, pada 1981, di lokasi itu dikenal sebagai tempat Batu Menyan. Batu yang mengeluarkan asap dupa setiap hari. Konon di batu itu pula acapkali masyarakat melihat cahaya putih, sinar terang, dari langit turun ke batu. Juga rumput-rumput yang bersinar terang.

Hingga akhirnya sebelum membangun pura, umat Hindu memutuskan untuk membangun terlebih dulu candi dengan patung macan warna putih dan hitam sebagai penghormatan terhadap Kerajaan Padjadjaran, Kerajaan Hindu terakhir di Tanah Parahyangan.

Awal pembangunan dilakukan pada 1995 dengan mendirikan sebuah candi sederhana. Pura ini dibangun secara lengkap. Bagian Utamaning Mandala dibangun antara lain Bale Pesamuan Agung, Padmasana, Bale Pepelik/Pengruman, Pengeluran Agung, Taksu Agung,  Patirtaan, dan Candi.

Di bagian Utama Mandala dibangun antara lain Bale Panggungan, Bale Agung, Bale Peselang, Bale Pawedan/Gajah, Bale Gegitaan, Bale Raringgitan, dan Kori Agung. Di bagian Madya Mandala dibangun Pengapit Lawang, Pesimpangan Dalem Peed, Bale Gong dan Bale Pengambuhan, Pasandekan Sulinggih, Bale Kulkul, dan Candi Bentar.

Bagian Nista Mandala dibangun Wantilan, Bale Paebatan, Bale Paninjon, Candi Bentar, dan Pasandekan. Di Nistaning Nista dibangun kamar mandi dan area parkir. (hallobogor)

Komentar