Hasil Survei, Warga Jakarta Kurang Siap Memasuki Normal Baru
ASKARA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum menerapkan tatanan kehidupan baru alias new normal alias normal baru adalah pelibatan dan partisipasi masyarakat.
Maka itu, perilaku keselamatan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi pandemi Covid-19.
LaporCovid19.org berkolaborasi dengan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU), Singapura melakukan survei untuk mengukur kesiapan warga Ibu Kota Jakarta menghadapi era normal baru yang diwacanakan pemerintah.
Survei mengukur tingkat risiko dan perilaku warga mencakup enam variabel yakni persepsi risiko, pengetahuan, informasi, perlindungan diri, modal sosial, dan ekonomi.
Menerapkan metode Quota Sampling dengan variabel penduduk per kelurahan, survei online dilakukan menggunakan Qualtrics yang disebar melalui aplikasi perpesanan Whatsapp.
Penyebaran survei dilakukan melalui jaringan Palang Merah Indonesia, Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta, dan beberapa kontak kecamatan di DKI.
Survei yang dilaksanakan pada 29 Mei hingga 2 Juni juga disebarkan secara acak melalui berbagai kontak jaringan komunitas di DKI.
"Berhasil mengumpulkan responden valid sebanyak 3160. Analisa dilakukan dengan menggunakan formula spearman rho," kata inisiator platform LaporCovid-19 Irma Hidayana kepada media, Kamis (4/6).
Dari aspek pendidikan, sebagian besar responden adalah lulusan SMA sebanyak 40,08 persen dan sarjana 41,86 persen. Sementara jenis pekerjaan cukup merata di sektor informal dan formal.
"Proporsi paling besar adalah sebagai mahasiswa 31,89 persen diikuti bidang swasta 27,46 persen," beber Irma.
Saat ini, survei juga tetap berlangsung untuk mendapatkan data pengukuran korelasi antara tingkat persepsi dan transmisi di setiap kelurahan di DKI.
"Para responden memiliki kecenderungan yang cukup kuat untuk melindungi diri," tutur Irma.
Meskipun tingkat pengetahuan mengenai Covid-19 menunjukkan cukup baik namun responden masih membutuhkan informasi yang pasti, tepat, dan lebih akurat.
Kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memprihatinkan mempengaruhi rendahnya persepsi risiko secara umum.
"Secara keseluruhan dari aspek sosial ini, warga DKI kurang siap memasuki era new normal. Setidaknya sampai tingkat persepsi risiko cukup tinggi ( di atas skala empat), sehingga perilaku keselamatan menjadi lebih baik," jelas Irma.
Komentar