Kamis, 16 Mei 2024 | 12:36
NEWS

Tak Ada Penerapan Herd Immunity di Masa Pandemi, Simak Penjelasannya

Tak Ada Penerapan Herd Immunity di Masa Pandemi, Simak Penjelasannya
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Prof. Wiku Adisasmito (Dok BNPB)

ASKARA - Pemerintah melalui Gugus Tugas Nasional secara tegas meluruskan bahwa tidak ada rencana menerapkan konsep herd immunity. Istilah ini bermakna kekebalan dalam suatu kelompok atau kawanan. 

Sebelumnya, munculnya wacana herd immunity di masa pandemi, melalui pemulihan aktivitas masyarakat yang produktif dan aman Covid-19. Opini yang dibangun merujuk langkah penanganan menuju herd immunity.

Istilah herd immunity muncul dari bahasa asing. Dari satu orang yang terinfeksi, menjadi dua, tiga, empat orang, hingga mayoritas atau bahkan seluruh anggota kelompok tersebut memiliki imunitas, itulah herd immunity. 

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, herd immunity membutuhkan minimal 70 persen dari populasi untuk terinfeksi, dan akhirnya kebal terhadap virus tersebut.

Herd immunity tidak mungkin terjadi dalam konteks Indonesia. Sebab Indonesia merupakan negara dengan populasi yang besar. 

Populasi yang ada juga menghuni pulau, yang terpisah laut maupun daratan. Sehingga transmisi virus pun akan terhambat. 

“Jadi kalau kita bicara herd immunity, seandainya sampai terjadi, mari kita berpikir logika gimana caranya antar pulau saling bisa menulari kalau mobilitas antar pulaunya tidak tinggi, lalu interaksinya juga tidak tinggi,” ujarnya di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (2/6).

Langkah yang dilakukan pemerintah bukan dengan penerapan kekebalan dalam sekelompok populasi. Hal ini akan memerlukan waktu yang sangat lama. 

Justru sebaliknya, pemerintah berusaha memutus rantai di awal, dengan mencegah terjangkitnya Covid-19 pada populasi dengan upaya preventif, seperti penggunaan masker, jaga jarak, dan cuci tangan dengan sabun. 

“Kita cuci tangan sebelum menyentuh mata, hidung, dan mulut. Jadi kalau ada virusnya di tangan kita, di baju kita, selama tidak masuk ke dalam mukosa, berarti sebenarnya tidak bisa,” tutur Prof. Wiku. 

Ia mengilustrasikan bahwa herd immunity itu bisa muncul kalau semua berdampingan dalam suatu ruangan. Tapi tetap jaga jarak, jadi tidak akan terbentuk penularan dan imunitasnya. 

"Nah, bayangkan kalau semuanya sudah melakukan seperti itu jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, terus kita beraktivitas, kapan terbentuk herd immunity tadi?” ucapnya. 

Secara sederhana Prof. Wiku mengatakan bahwa selama virus tidak masuk ke mukosa (mata, hidung dan mulut), secara tidak langsung imunitas atau proteksi masyarakatnya tidak akan terbentuk. 

 

Komentar