Di Tengah Rentannya Gencatan Senjata Iran-Israel
Trump Ancam Israel: "Jangan Jatuhkan Bom Itu!"

ASKARA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memperingatkan keras Israel agar tidak melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Iran, hanya beberapa jam setelah dirinya mengumumkan bahwa gencatan senjata antara kedua negara musuh itu telah resmi berlaku.
Trump, melalui platform media sosialnya Truth Social, mendesak kedua belah pihak untuk menghormati kesepakatan damai yang ditengahi AS dan Qatar. “Tolong, jangan melanggarnya!” tulis Trump pada Selasa (24/6) pukul 05.00 GMT, dikutip dari BBC, beberapa saat setelah mengumumkan bahwa gencatan senjata sudah mulai berlaku.
Namun, situasi di lapangan segera memburuk. Israel menuding Iran melanggar kesepakatan dengan meluncurkan rudal ke wilayahnya. Pemerintah Israel pun mengancam akan membalas dengan “serangan dahsyat”. Iran langsung membantah tuduhan tersebut, dan menyatakan tidak menembakkan rudal apa pun setelah gencatan senjata diberlakukan.
Ketegangan Memuncak Usai Gencatan Senjata
Trump menyatakan bahwa gencatan senjata “telah disepakati sepenuhnya” sejak Senin malam waktu GMT, mengakhiri apa yang ia sebut sebagai “perang 12 hari”. Namun ketegangan justru meningkat. Sebelumnya, Iran dikabarkan telah meluncurkan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar sebagai respons atas serangan udara Amerika terhadap situs nuklir Iran selama akhir pekan.
Dalam pernyataannya di luar Gedung Putih, Trump mengekspresikan kekecewaannya terhadap Israel. “Saya tidak senang dengan Israel. Mereka (Israel dan Iran) harus tenang. Orang-orang ini tidak tahu apa yang mereka lakukan,” katanya dengan nada geram.
Trump juga mengecam kedua negara yang saling tuding melanggar gencatan senjata. “Jangan jatuhkan bom-bom itu!” tulisnya kepada Israel, dengan nada tajam.
Iran dan Israel Saling Serang di Tengah Janji Damai
Militer Israel mengklaim telah mendeteksi rudal yang ditembakkan dari Iran pada Selasa pagi, dua jam setelah menerima usulan gencatan senjata dari AS. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menilai hal itu sebagai “pelanggaran penuh” dan memerintahkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk menggencarkan serangan terhadap target-target di Teheran.
Sementara itu, Garda Revolusi Iran (IRGC) menyatakan bahwa sebelum gencatan senjata berlaku, pihaknya sempat menyerang “pusat logistik dan militer” Israel sebagai bentuk balasan atas serangan sebelumnya.
Kedua negara tetap bersikeras pada posisi masing-masing. Israel mengklaim bahwa Iran terus mengembangkan senjata nuklir, sedangkan Iran menyatakan program nuklirnya bertujuan damai. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut Iran telah memperkaya lebih dari 400 kg uranium hingga kemurnian 60%, mendekati level senjata.
Korban Terus Berjatuhan
Kementerian Kesehatan Iran menyatakan bahwa sejak pecahnya konflik pada 13 Juni lalu, sedikitnya 610 orang tewas dan 4.746 luka-luka akibat serangan Israel. Di pihak Israel, dilaporkan 28 orang tewas, termasuk empat korban jiwa yang tercatat pada Selasa pagi.
Sementara itu, media pemerintah Iran mengabarkan bahwa Teheran mengalami salah satu malam paling mencekam sejak konflik meletus, dengan dentuman ledakan besar akibat serangan udara Israel yang menghantam wilayah sekitar ibu kota.
Kesepakatan Damai yang Rawan Gagal
Meskipun gencatan senjata telah diumumkan oleh Trump dan didukung AS-Qatar, rentetan pelanggaran dan serangan balasan menunjukkan betapa rapuhnya kesepakatan tersebut. Dengan masing-masing pihak menolak bertanggung jawab dan menyalahkan yang lain, ketegangan antara Israel dan Iran dikhawatirkan akan kembali memuncak dan meluas ke kawasan Timur Tengah yang lebih luas.
Komentar