Senin, 16 Juni 2025 | 06:36
COMMUNITY

Harapan Itu Bernama Panti, Ketika Wonogiri Menanam Asa di Tengah Defisit

Harapan Itu Bernama Panti, Ketika Wonogiri Menanam Asa di Tengah Defisit
Romo Suyitno SJ, Sr Felicia TMM, Kepala Desa Sumberejo Tri Haryanto, Camat Batuwarno Khrisma Eko Sutiyono S Sos, Kapolsek Batuwarno AKP Mulyadi SH dan perwakilan dari Dandim foto bersama masyarakat sekitar (Dok YKAW)

ASKARA - Di tengah dataran tenang Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, kabar baik datang tak seperti gebyar proyek prestisius. Ia datang dalam diam, melalui suara tukang yang menyiapkan fondasi dan langkah kaki anak-anak yang kelak akan tinggal di sana. Tahun lalu, daerah ini menanggung defisit hampir Rp1 miliar. Namun bukan soal angka yang kini jadi pusat perhatian. Harapan baru justru tumbuh di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, tempat di mana sebuah panti asuhan dan panti jompo mulai dibangun.

Yayasan Karya Alam Wisesa menjadi penggagas gerakan sunyi namun berarti ini. Di atas lahan seluas tiga hektar yang akan diperluas menjadi empat hektar, akan berdiri tidak hanya ruang tinggal bagi anak-anak terlantar dan para lansia, tapi juga lima rumah ibadah yang melambangkan keberagaman dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual lintas keyakinan.

Camat Batuwarno, Khrisma Eko Sutiyono, menyambut dengan hangat inisiatif ini. “Anggaran pemerintah minim untuk pemberdayaan,” ujarnya, lirih namun tegas saat hadir di peletakan batu pertama, Minggu (11/5/2025). Bagi Khrisma, langkah ini lebih dari sekadar bangunan fisik. Ini tentang upaya memulihkan martabat dan mengangkat ekonomi dari akar rumput.

Di sisi lain, Thomas Johnson, sang pendiri yayasan, menyebutkan bahwa panti ini akan menjadi rumah masa depan. “Kami ingin anak-anak ini bukan hanya tinggal, tapi belajar, tumbuh, dan suatu hari bisa membangun Wonogiri,” katanya. Mereka tak hanya diajarkan membaca dan menulis, tetapi juga cara mengolah tanah dan merawat ternak, keterampilan hidup yang nyata, yang hasilnya akan menopang keberlangsungan panti.

Pembangunan dilakukan bertahap. Pada tahap awal, 20 anak akan menghuni bangunan pertama dari kapasitas maksimal 70 anak. Lansia pun akan dirangkul tanpa membeda-bedakan asal-usul atau kepercayaan.

Peletakan batu pertama dilakukan dengan sederhana namun khidmat, dipimpin oleh Romo Suyitno SJ dan didampingi Suster Felicia TMN. Langkah awal kecil, tapi dampaknya diharapkan menjalar luas.

Tri Haryanto, Kepala Desa Sumberejo, meyakini panti ini tak hanya menyelamatkan jiwa-jiwa yang membutuhkan perlindungan, tapi juga akan menggerakkan ekonomi desa. “Akan ada pekerjaan, kegiatan, dan roda ekonomi yang berputar,” ucapnya dengan harapan yang terpancar di matanya.

Maka, ketika negara belum mampu memberi cukup, warga dan komunitas mengambil peran. Di Wonogiri, harapan bukanlah slogan, ia sedang dibangun, satu batu demi satu batu, di bawah langit Sumberejo.

 

Komentar