Dari Agustinus ke Dunia
Dalam Lambang Paus Leo XIV Tersimpan Luka dan Cinta
Pesan Persatuan dalam Lambang Baru

ASKARA – Ketika dunia masih memaknai perjumpaan pertama Paus Leo XIV dari senyum harunya di balkon Santo Petrus, satu detail kecil namun penuh arti mulai jadi pembicaraan: lambang kepausan yang ia pilih. Bukan sekadar desain heraldik, tapi cermin dari hati yang telah lama berproses dalam keheningan, luka, dan cinta.
Di bagian atas lambang, ada bunga lili putih di langit biru, simbol keheningan yang suci. Tapi lihat bagian bawahnya: hati yang ditembus anak panah, bersandar pada buku tertutup. Itu bukan sekadar gambar. Itu kisah. Tentang Agustinus muda yang tersungkur oleh firman Tuhan dan mengaku: “Vulnerasti cor meum verbo tuo” - “Engkau telah menembus hatiku dengan Firman-Mu.” Paus Leo XIV seperti ingin berkata: ini bukan soal tahta, ini soal luka yang dipeluk kasih.
Lambang ini bicara lebih dari gambar. Ia bersaksi tentang seorang pemimpin yang tidak mengandalkan kekuasaan, tapi kelembutan. Dan motto yang ia pilih: In Illo uno unum, “Dalam Dia yang satu, kita menjadi satu” mengajak kita semua untuk kembali pada sumber, pada Kristus, tempat semua yang tercerai-berai bisa menjadi satu tubuh.
Dalam zaman yang penuh kebisingan, kehadiran Paus Leo XIV adalah suara lembut yang mengingatkan bahwa kekuatan bisa lahir dari kelembutan. Bahwa luka hati, bila dipersembahkan, bisa jadi jalan menuju penyembuhan banyak jiwa.
Buat kamu yang merasa terasing dari Gereja, atau bahkan dari imanmu sendiri, lambang ini bukan ajakan untuk kembali tunduk. Tapi undangan untuk pulang. Pulang ke kasih yang menyatukan, bukan yang memisahkan.
Karena pada akhirnya, seperti kata Agustinus, meski kita banyak, dengan segala perbedaan dan pergulatan, di dalam Dia, kita satu. Dan di situlah harapan dunia bermula kembali.
Komentar