Ketika Peradaban Lama Harus Runtuh

ASKARA - Setiap zaman memiliki ujian. Setiap peradaban menyimpan tanggal kedaluwarsa yang tak tercetak di prasasti mana pun. Dan setiap kebangkitan, selalu menuntut pengorbanan yang tidak kecil.
Dalam sejarah panjang umat manusia, tidak ada satu pun peradaban besar yang muncul tanpa mengguncang fondasi lama. Bangsa-bangsa besar lahir di atas puing-puing peradaban sebelumnya. Romawi menaklukkan Yunani, lalu sendiri runtuh untuk memberi ruang bagi kekaisaran baru. Peradaban Islam berkembang setelah jatuhnya kekuasaan Persia dan Bizantium. Revolusi Prancis menggulingkan monarki untuk membuka pintu demokrasi modern. Dan dunia baru yang kita kenal hari ini, berdiri setelah dua perang dunia yang memporak-porandakan tatanan lama.
Sejarah mengajarkan kita: untuk membangun peradaban baru, peradaban lama harus runtuh terlebih dahulu. Runtuhnya bukan selalu dalam bentuk fisik — gedung-gedung atau kota-kota — tetapi runtuhnya nilai, kepercayaan, dan sistem yang tak lagi mampu menjawab zaman. Terkadang runtuh karena ulah manusia: kerakusan, kesombongan, atau kebijakan yang mengabaikan suara rakyat. Di waktu lain, alam turun tangan — gempa, banjir, pandemi, atau kekacauan yang datang tanpa aba-aba. Alam bekerja, cepat atau lambat. Ia menyeimbangkan, membersihkan, dan menyadarkan.
Kini, kita berada di titik persimpangan. Dunia lama sedang goyah. Ekonomi global tidak menentu, perubahan iklim semakin nyata, teknologi menggantikan manusia, dan kepercayaan terhadap institusi publik terus menurun. Nilai-nilai yang dulu diagungkan kini dipertanyakan. Ketimpangan sosial menganga, keadilan sering kali menjadi kemewahan, dan kehidupan terasa semakin kehilangan arah.
Namun dari ketidakpastian itu, muncul pertanyaan besar: apakah ini awal dari runtuhnya peradaban lama? Dan jika ya, peradaban seperti apa yang hendak kita bangun?
Harapan akan masa depan tak bisa lahir dari ketakutan semata. Ia tumbuh dari kesadaran kolektif bahwa perubahan itu perlu — bahwa dunia yang lebih adil, lebih manusiawi, dan lebih selaras dengan alam harus diperjuangkan. Bukan dengan menolak realita, tapi dengan menatapnya dalam dan mengambil peran di dalamnya.
Kita mungkin tidak bisa memilih kapan peradaban lama runtuh. Tapi kita bisa memilih apakah akan menjadi bagian dari yang meratapinya, atau justru menjadi bagian dari mereka yang menyiapkan fondasi untuk peradaban baru.
Karena sejarah tidak menunggu mereka yang ragu. Dan alam, akan terus bekerja — dengan atau tanpa izin dari manusia.
Komentar