Pilih Dukung Dedi Mulyadi, Golkar Sangat Tak Aspiratif Tentukan Cagub Jabar
Oleh: Jamiluddin Ritonga *)
ASKARA - Golkar akhirnya lebih memilih mendukung Dedi Mulyadi dari pada Ridwan Kamil (Kang Emil) maju menjadi calon gubernur (cagub) di Pilkada Jawa Barat (Jabar) 2024.
Keputusan Golkar itu tentu mengecewakan sebagian besar warga Jabar. Sebab, hasil survei beberapa lembaga survei yang kredibel memperlihatkan warga Jabar masih menghendaki Kang Emil memimpin Jabar kembali.
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, elektabilitas Kang Emil 50,6 persen, sementara Dedi Mulyadi hanya 25,1 persen.
Hasil survei Litbang Kompas juga menempatkan Kang Emil dengan elektabilitas tertinggi (36,6 persen), sementara elektabilitas Dedi Mulyadi jauh di bawahnya (12,2 persen).
Keputusan Golkar itu jelas mengabaikan aspirasi sebagian besar warga Jabar. Golkar terkesan abai dengan pendekatan bottom up, sebagaimana umumnya diterapkan di negara demokrasi.
Keputusan Golkar itu jelas sangat elitis. Para elite Golkar di DPP dengan pendekatan top down memutuskan sendiri cagub Jabar. Padahal, pendekatan ini umumnya diterapkan di negara yang menganut paham otoriter.
Ego DPP Golkar itu bahkan abai dengan aspirasi kadernya di Jabar. Karena itu wajar bila kader beringin di Purwakarta kecewa dan akan menarik dukungan bila Golkar tetap mendukung Dedi Mulyadi maju cagub Jabar.
Keputusan Golkar itu tampaknya untuk mengakomodir keinginan Gerindra yang sejak awal ingin mengusung Dedi Mulyadi. Di sini Golkar tampaknya mengalah demi menjaga soliditas di KIM.
Kalau itu menjadi penyebabnya, tentu Golkar sudah tidak lagi pro rakyat. Golkar sudah meninggalkan rakyat dengan lebih mendengar kehendak elite di KIM, khususnya Gerindra.
Jadi, Golkar terkesan lebih mendahulukan kader partai lain daripada kadernya sendiri. Konyolnya, Golkar mendukung kader lain yang elektabilitasnya jauh di bawah elektabilitas kadernya. Celakanya itu dilakukan Partai Golkar yang konon dekat dengan rakyat. Ironi bukan!
*) Penulis adalah Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul dan Dekan Fikom IISIP 1996-1999
Komentar