Kamis, 25 April 2024 | 22:01
NEWS

Terima Bantuan RST dari Kemensos, Haru Biru Wajah Lansia Dharmasraya

Terima Bantuan RST dari Kemensos, Haru Biru Wajah Lansia Dharmasraya
Kemensos serahkan bantuan RST untuk Lansia Dharmasraya

ASKARA – Sumarni (52) tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Diulang-ulangnya dua kata mustajab itu. Semua nama ia sebut, mulai dari Menteri Sosial, Bupati Dharmasraya, Wali Nagari, Pekerja Sosial, hingga pendamping yang mengusulkan nama suaminya menjadi salah satu penerima Rumah Sejahtera Terpadu (RST). 

Nadanya tinggi, suaranya terisak, menahan gemuruh di dada. Rasa bahagia terekspresikan dengan haru. Bagimana tidak, selama hidup, ia tidak pernah menerima bantuan sebanyak yang diterimanya kali ini. Apalagi ia akan segera menghuni rumah baru berdinding beton dengan fasilitas MCK dan dapur yang layak.

“Kita ucapkan terima kasih banyak, ini yang kita inginkan selama kita hidup bu, gak ada yang seperti ini  selama kita hidup berumah tangga,” katanya menahan haru.

Bantuan yang diterima bukan hanya perbaikan rumah, tapi berikut dengan isinya. Warga Jorong Sipangkur, Kecamatan Tiumang, Kabupaten Dharmasraya itu tak bisa menyembunyikan rasa haru sekaligus bersemangat melihat beberapa barang diantar ke rumahnya. Ada kasur, lemari, kompor gas, serta perkakas rumah tangga lainnya.

Suami Sumarni, Wiji Wiryo (66) terpilih menjadi salah satu penerima bantuan RST dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Dharmasraya. Sehari-hari, Pak Wiji, panggilan akrabnya, bekerja sebagai buruh harian lepas, sesekali membantu di sawah untuk mendapatkan tambahan. 

Penghasilannya dari bekerja tentu tak bisa memperbaiki rumah miliknya. Walhasil, bantuan RST dari Kementerian Sosial dapat mewujudkan angan-angannya selama ini. Pak Wiji bahkan ikut serta dalam pembangunan rumahnya yang dilakukan secara swadaya.

Selain Pak Wiji, ada 54 lansia lain di Dharmasraya yang mendapat bantuan RST. Salah satunya adalah Nenek Halimah, warga Jorong Kampung Baru Desa Koto Salak Kecamatan Koto Salak.  Nenek Halimah hidup sendiri di rumah papan yang ukurannya tidak lebih dari 12 meter2. Hanya ada satu ruangan yang digunakan untuk tidur, menerima tamu, dan makan. Tak ada loteng yang menahan panasnya terik matahari di Dharmasraya. Dipannya pun sudah usang, kasurnya sudah lusuh.

Tidak ada dapur, tidak ada MCK yang layak. Jika ingin buang air, ia akan pergi ke tetangga. Begitupun masak, sehari-hari nenek berusia 73 tahun ini harus keluar rumah dan memasak sendiri di sebelah rumah dengan api yang ia buat dari membakar kayu. Tubuhnya sudah renta, badannya mengecil, dan sedikit membungkuk. Tentu tidak mampu meniup buluh untuk memperbesar api yang memanggang kuali miliknya.

Nenek Halimah tidak punya anak, sedangkan suaminya sudah lama meninggal. Beruntung ada keponakan yang tinggal dekat dengan rumahnya yang selalu membantu jika ada keperluan. Namun keponakannya tidak bisa membantu banyak, karena hidupnya pun juga tidak berkecukupan. Kesendirian menggerus semangatnya. Saat pendamping datang ke rumah, ia tidak berharap rumahnya diperbaiki.

“ _Untuak apo dibuekan rumah, sabanta lai ka maningga juo_ (Untuk apa diberikan rumah, tak lama lagi juga akan meninggal) ,” katanya saat itu.

Walakin, rasa pasrahnya perlahan berubah kala menyaksikan rumahnya mulai dibangun hingga selesai. Senyumnya merekah karena rumahnya berdiri megah. Bangunannya terdiri dari satu kamar tidur, toilet, dan dapur. 

Dipan usangnya kini berubah menjadi kasur pegas, langit-langit rumahnya pun tak lagi panas. Lantai tanah bertukar ubin. Melalui ATENSI, Nenek Halimah tak perlu lagi meniup buluh untuk membuat api, karena tergantikan kompor gas. 
Untuk hiburan, Kemensos melengkapi bantuan dengan TV dan antene digital serta sofa tamu. Nenek mendapatkan isi rumah berupa lemari, penanak nasi, kipas angin, dan perkakas lain. Sekarang, di usia senjanya, Nenek Halimah bisa bersantai di rumahnya dengan nyaman. 

Selanjutnya, ada Pak Rusli, warga Jorong Tanjung Salilok, Desa Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Pria berusia 78 tahun ini juga hidup sendiri di rumah. Pak Rusli mengais rejeki dengan berkebun. Sama seperti Pak Wiji dan Nenek Halimah, Pak Rusli bergantung pada bantan Program Keluarga Harapan (PKH) dan uang bantuan sembako untuk makan sehari-hari. 

Uang bantuan diserahkan kepada anaknya untuk dibelikan bahan masakan dan dibuatkan makanan. Pak Rusli memang sudah uzur, tapi ia masih bisa mengerjakan pekerjaan dapur. Untuk minum, ia bisa memasak air sendiri di tungku.  Anaknya pun tinggal bersebelahan dan berkali-kali mengajaknya tinggal bersama, namun ia enggan dan memilih tinggal sendiri di bangunan rumah papan yang sudah lapuk. 

Atap seng yang menaungi rumahnya pun sudah bolong di beberapa sudut. Kayu-kayu berserakan membuat huniannya terlihat berantakan. Namun, itu adalah kondisi rumah Pak Rusli dulu. Pasca mendapat bantuan RST, rumah Pak Rusli sangat jauh berbeda. Jika dulu rumahnya tanpa MCK, sekarang kamar mandinya dipasang toilet duduk. Hal ini karena Pak Rusli pernah jatuh yang mengakibatkan kakinya sulit menopang tubuhnya. 

Selain rumah, Pak Rusli mendapat bantuan  kasur, tempat tidur (rendah), bantal, alas kasur, lemari kain, kursi tamu, rak piring, perlengkapan makan, pelengkapan masak, keset lantai, sapu, kain pel, tong sampah, perlengkapan mandi, dan gorden jendela. 

“Alhamdulillah, nyamanlah,” katanya saat ditanya kondisi rumahnya saat ini.
Pak Rusli, tidak hanya mendapatkan perhatian dari Kemensos, namun juga dari Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan yang langsung meletakkan batu pertama pembangunan rumah Pak Rusli pada tanggal 16 Mei 2023.

RST adalah hadiah bagi lansia di Dharmasraya dalam rangka memeriahkaan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) di Dharmasraya pada tanggal 29 Mei 2023. Seperti arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini, perayaan HLUN tak boleh hanya jadi acara seremonial, tapi melalui aksi nyata memberikan bantuan kepada lansia.

Adapun Kemensos membangun 55 RST bagi lansia di 11 Kecamatan di Dharmasraya. Masing-masing mendapatkan bantuan uang tunai sebesar Rp20 juta yang digunakan untuk memperbaiki rumah. Untuk menekan biaya, rumah dibangun secara swadaya oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan masyarakat setempat.

Komentar