Kamis, 25 April 2024 | 05:28
LIFESTYLE

Awas! Inilah Gejala Demensia yang Mulai Menyerang Usia Produktif

Siloam Hospitals Mampang Edukasi Penyebab dan Penanganannya

Awas! Inilah Gejala Demensia yang Mulai Menyerang Usia Produktif
dokter Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, Mked(Neu), Sp.N. (Dok Siloam)

ASKARA - Demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer, stroke ataupun penyakit lainnya . 

Demensia bukanlah penyakit spesifik tetapi merupakan sekelompok kondisi atau 'sindrom' gabungan sejumlah gejala dengan penurunan fungsi kognisi otak.

Secara detail, demensia bukanlah penyakit namun merupakan kondisi penurunan fungsi konigsi seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan menggangu aktifitas penderita. 

Angka kejadian demensia paling sering terjadi pada usia mulai 65 tahun. Namun saat ini telah banyak ditemukan kasus demensia pada usia produktif 40-50 tahun. Bahkan telah dilaporkan kasus demensia pada usia 20 tahun. Demensia pada usia produktif ini dikenal dengan Young Onset Dementia atau Early Onset Dementia 

"Dari banyak tipe Demensia, data menunjukkan  yang paling sering ditemukan adalah Demensia Alzheimer yang berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di organ otak. Lalu diikuti oleh Demensia Vaskular  yang diakibatkan oleh gangguan pada pembuluh darah otak seperti stroke atau small vessel diseasse", jelas dokter Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, Mked(Neu), Sp.N., dari Siloam Hospital Mampang, dalam bincang sehat melalui aplikasi live Instagram, Rabu (16/11).

Dalam edukasi ini, dokter Laura P. Susila menyampaikan bahwa jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Alzheimer adalah jenis demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.

Menurutnya, terdapat perbedaan jelas antara pikun dan lupa dengan demensia, yaitu, dari keadaan penderita, dimensia lebih serius untuk ditopang kehidupannya karena demensia disebabkan rusaknya sel saraf dan hubungan antar saraf sel otak yang menyebabkan gangguan kognisi yang mengganggu  fungsi sosial, aktifitas dan pekerjaan. 

"Faktor resikonya antara lain, pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, dan dapat juga karena merokok dan kecanduan alkohol", ungkap dr. Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, M.Ked(Neu), Sp.N.

Faktor resiko, lanjut dr Laura, dipicu dengan beberapa penyakit seperti yang dapat menjadi penyebab, yaitu depresi, hipertensi, obesitas,  diabetes, bahkan sleep apnea.

"Adapun akan gejala utama penderita demensia diketahui melalui penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan alur komunikasi yang dapat semakin memburuk seiiring waktu," kata dr Laura.

Penanganan Demensia

Dr Laura mengatakan bahwa screening dan deteksi dini menjadi penting, karena tindakan medis ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan atau kembali normal pada penderita demensia. Apabila sudah ditahapan tertentu, penanganan akan dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya dengan tujuan penderita dapat beradaptasi dengan kondisinya. 

Pemeriksaan saraf, mental dan yang dikenal dengan tes fungsi luhur akan mengawali tindakan diagnosa dan dilanjutkan pemindaian otak, CT scan, MRI atau PET scan dan tindakan pendukung lainnya. Beberapa terapi khusus dan penting adanya dukungan keluarga dan support lingkungan.

"Diibaratkan sebuah rumah itulah dimensia dan salah satu ruangan di dalamnya adalah alzheimer. Dapat diartikan alzheimer adalah  salah satu tipe demensia paling umum", ungkap dr. Laura. 

Secara berkelanjutan, tambahnya, dalam konsultasi merupakan langkah tepat guna memantau perkembangan dengan penangangan yang ideal. Termasuk menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, asupan nutrisi cukup sekaligus melatih otak secara berkala. Termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes, kolesterol, hipertensi yang merupakan hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keluhan penyakit demensia.

Dokter dr Laura P. Susila Tambunan, M.Kes, M.Ked (Neu), Sp.N., Dokter spesialis neurologi (saraf) di Siloam Hospital Mampang jadwal lengkapnya dapat dilihat di aplikasi MySiloam.

 

Komentar