Senin, 06 Mei 2024 | 19:54
NEWS

World Bank Dukung Berdayakan G20 dan Kekuatan ASEAN untuk Transisi Energi di Indonesia

World Bank Dukung Berdayakan G20 dan Kekuatan ASEAN untuk Transisi Energi di Indonesia
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto

ASKARA – World Bank menyatakan siap mendukung langkah transisi energi di Indonesia guna mengurangi emisi karbon, antara lain melalui pembangunan energi baru terbarukan seperti energi surya, angin, dan hydro.

Hal itu terungkap saat Managing Director of Operations World Bank Axel van Trotsenburg bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di sela-sela Business 20 Summit di Nusa Dua, Bali, kemarin.

“Indonesia saat ini sedang mengembangkan energi hydro di kawasan Kalimantan Utara. Nantinya listrik yang dihasilkan tidak hanya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia, namun dapat dijual ke Brunei Darussalam dan Filipina,” ungkap Airlangga.

Menyikapi hal itu, Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengungkapkan dukungan dari lembaga internasional dan negara maju penting bagi upaya transisi energi di negara berkembang seperti Indonesia.

"Karena Indonesia mempunya resource yang berlimpah ruah tetapi tidak punya teknologi, tidak punya dana juga," ungkap Fahmy, Selasa (15/11).

Fahmy mencontohkan untuk memensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dibutuhkan dana sekitar 500 miliar US Dolar. Hal itu tentu berat jika hanya ditanggung negara.

"Saya kira negara-negara maju dan lembaga seperti World Bank, IMF agar membantu agar tercipta zero carbon," tegas Fahmy.

Fahmy menekankan pentingnya agenda G-20 untuk mengingatkan negara maju dan lembaga internasional terkait Paris Agreement.

"Kesepakatan itu mencakup bantuan untuk mitigasi perubahan iklim dengan memberikan dukungan pada aspek pendanaan, teknologi, dan peningkatan kapasitas pada negara berkembang," ungkap Fahmy.

Meski demikian, lanjut Fahmy, kondisi global sekarang sedang tidak baik-baik saja, sehingga realisasi komitmen tersebut akan terkendala.

"Itu saya kira forum yang tepat untuk menagih janji negara maju dan World Bank, hanya masalahnya saat ini sedang krisis global. Bahkan negara maju pertumbuhan ekonominya sangat rendah, sehingga barangkali akan sulit juga kalau harus mengeluarkan dana untuk itu. Yang bisa dilakukan hanya itu. Harus realistis juga karena sekarang masih krisis global," papar Fahmy.

Meski demikian, Fahmy menilai Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum Presidensi G-20 dan Keketuaan ASEAN 2023 untuk meneguhkan komitmen Paris Agreement. Indonesia bisa menggalang suara dari negara ASEAN dan negara berkembang lain seperti Brasil untuk bersama menyuarakan mitigasi perubahan iklim.

"Saya kira bisa juga seperti itu atau menguatkan komitmen agar mereka merealisasikan. sebab tanpa bantuan dari negara maju dan World Bank saya kira mustahil negara berkembang, termasuk Indonesia untuk mewujudkan transisi energi," pungkas Fahmy Radhi.

Harus Dikejar

Sementara Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyatakan, komitmen dari negara atau lembaga dunia harus terus dikejar realisasinya.

“Komitmen bantuan dari negara atau lembaga dunia harus dikejar, jangan hanya jadi sekedar wacana,” kata Mamit, Selasa (15/11).

Mamit menjelaskan, dunia saat ini bergerak pada penggunaan energi bersih, namun perlu kerjasama antar semua pihak untuk menuju target Net Zero Emission (NZE).

 “Energi terbarukan adalah sebuah keniscayaan, semua sedang menuju kesana. Dan banyak negara G20 berkomitmen untuk menuju NZE, dan concernnya untuk menuju kesana dibutuhkan biaya yang tidak sedikit,” jelas Mamit.

"Maka kehadiran investor maupun bantuan dari lembaga dunia mutlak untuk meraih target tersebut," pungkas Mamit Setiawan.

Berdasarkan Perjanjian Paris, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dengan kemampuan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 sesuai Nationally Determined Contributions (NDCs). Dan untuk Net Zero Emission (NZE) sektor energi ditargetkan akan dicapai pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Di Bali, Direktur Bank Dunia Axel van Trotsenburg mengatakan, dukungan World Bank terhadap reformasi ekonomi Indonesia telah terjalin sejak lama melalui berbagai program kerja sama.

"Dengan adanya kebutuhan global untuk menangani perubahan iklim saat ini, World Bank siap mendukung langkah transisi energi di Indonesia guna mengurangi emisi karbon, antara lain melalui pembangunan energi baru terbarukan seperti energi surya, angin, dan hydro,” tutur Axel van Trotsenburg.

Komentar