Sabtu, 20 April 2024 | 10:18
NEWS

Adopsi Budaya Kerja NETFLIX bagi ASN

Adopsi Budaya Kerja NETFLIX bagi ASN
Diskusi bertajuk Adopsi Budaya Kerja NETFLIX bagi ASN

ASKARA - Lembaga Administrasi Negara menyelenggarakan diskusi bertajuk Adopsi Budaya Kerja NETFLIX bagi Aparatur  Sipil Negara (ASN), Selasa, (26/7). Diskusi ini merupakan bagian dari pelatihan kepemimpinan administrator, yang diikuti oleh 40 (empat puluh) peserta dari beragam institusi kementerian dan lembaga serta Pemerintah daerah seperti dari KPK, Kemendagri, Kemenkominfo, BNPB, Kemenkop dan UKM, Setjen DPD RI, LPSK, Komisi Yudisial, Basarnas, Sekretariat Kabinet, Kemendes dan PDTT, Pemerintah Kabupaten Muna, Pemerintah Kota Jambi, Pemerintah Kabupaten Bangka, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, dan Pemerintah Kabupaten Langkat. 

Eko Prasetyo dari Setjen DPD RI mengatakan bahwa  NETFLIX dalam beberapa tahun terakhir menjadi buah bibir karena menjadi salah satu perusahaan yang mampu bertahan dari perubahan zaman dan beradaptasi perkembangan teknologi digital. Tak banyak perusahaan yang mampu bertahan dari kejamnya perubahan dan perkembangan dunia  digital. “Ini hal yang menarik untuk ditiru oleh ASN,” tutur Eko.

NETFLIX yang didirikan Reed Hasting dan Marc Randolph di Scotts Valley tahun 2008,   pada awalnya hanyalah perusahaan persewaan DVD, persewaan online DVD dan hanya memiliki 925 film. Kini NETFLIX telah menggurita dengan memberikan layanan digital streaming film dan serial TV ke 190 negara di seluruh dunia. Pendapatan dalam tiga bulan tahun 2022  sebesar US$7,86 miliar atau sekitar Rp113,82 triliun (kurs Rp 14.482/US$).

Tak banyak perusahaan yang mampu melakukan transformasi dan bertahan lama. Misalnya saja Blockbuster.com yang sebelumnya  perusahaan raksasa persewaan film dengan 7.700 toko di seluruh dunia, pada akhirnya tumbang pada November 2013. Padahal, sebelumnya NETFLIX pernah menawarkan untuk menjadi bagian Blockbuster.com,  namun tawaran tersebut ternyata bertepuk sebelah tangan. “Endingnya, NETFLIX mampu melibas Blockbuster.com.”  tambah Sugihartono, dari KPK.

Stigma Negatif

Emi Frizer dari Basarnas membenarkan beragam stigma negatif tentang ASN yang muncul di benak khalayak ramai. Pandangan negatif bahwa ASN adalah mesin birokrasi yang berbelit-belit, kurang berintegritas, gagap teknologi, kurang profesional, serta jauh dari inovasi.  “Dan satu lagi, sering terdengar komentar “jika bisa diperlambat kenapa harus dipercepat”  menjadi pandangan yang lazim tersemat pada abdi negara, ASN,” tutur Emi.

Seringkali pelayanan ASN yang cenderung lama dan berbelit-belit, membuat harapan masyarakat yang membuncah tiba-tiba pupus. Beragam alasan menjadi senjata bagi ASN untuk mengelak dari tanggung jawab entah karena berharap “sesuatu” atau alasan lain.

Beragam cara melepas stigma negatif tersebut, salah satunya pada tahun 2021 Presiden Jokowi mencanangkan core value ASN BerAKHLAK,  yang diharapkan menjadi fondasi budaya kerja ASN yang profesional, berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. “Ini mendorong perubahan budaya kerja ASN” timpal Ida Swastika dari LPSK.

Mungkinkah Budaya Kerja NETFLIX diterapkan ASN?

Teuku Fachrul Anwar mengungkapkan kunci kesuksesan NETFLIX terletak pada inovasi bisnis dan kinerja SDM.  NETFLIX sadar ketidakpuasan pelanggan saat menonton siaran TV konvensional adalah iklan, sehingga mengubah sumber pendapatan dari iklan menjadi biaya berlangganan. Pelanggan  dengan membayar sejumlah uang, maka dapat mengikuti menonton film atau serial TV diinginkan,  tidak hanya di rumah. “Namun juga mengunakan gadget alias handphone yang tak terbatas tempat.” Kata Teuku yang bekerja di Kemkop dan UKM.

NETFLIX menerapkan pengelolaan SDM dengan fleksibilitas jam kerja dan bekerja dimana saja sepanjang output dan outcome tercapai. Jika tidak tercapai, maka punishment akan berlaku secara otomatis bagi pegawai yang dicap malas-malasan. ASN dalam mengelola sumber daya harus berorientasi pada pencapaian output dan outcome dengan reward dan punishment yang jelas dan terukur. “Mengubah kebiasaan tidak hanya memenuhi jam kerja semata, menjadi menghasilkan suatu output dan outcome yang jelas.”  ujar Nur Agus dari Komisi Yudisial. 

NETFLIX senantiasa beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Pengunaan sistem teknologi informasi untuk mempermudah layanan menjadi prioritasnya. “Sehingga ASN harus melek teknologi, kalau tidak akan ketinggalan zaman” ungkap Rega T Hakim dari KEMENDAGRI. 

Hal lain yang tak kalah penting adalah kolaboratif. “NETFLIX senantiasa memetakan kebutuhan utama layanan pelanggan melalui kerja  sama  dengan stakeholder dan jaringan kerja untuk optimalisasi layanan,” papar Widodo dari Kemkominfo.

Empat kunci sukses NETFLIX harusnya dapat menjadi parameter bagi ASN untuk mewujudkan pelayanan public kelas dunia. “ASN diharapkan senantiasa inovatif terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat menjadi Agent dan bagian dari Perubahan  Itu Sendiri,” tutup Hasdawia dari Pemkab Muna.

Komentar