Tak Ada Tempat Bagi Si Pincang
Oleh: Mang Ucup *)
Ketika saya masih berada dalam kandungan Ibu; Ayah saya ditangkap dengan tuduhan PKI, karena Ibu tidak mampu dan tidak punya pekerjaan, maka ia berusaha untuk melakukan abortus. Namun rupanya tidak berhasil 100%, sehingga saya dilahirkan dalam keadaan cacad. Saya hanya memiliki sebuah kaki saja.
Rupanya kehadiran saya dari awal mula di dunia ini tidak diharapkan dan juga tidak di inginkan. Dunia ini diciptakan hanya untuk orang sehat dan kaya saja. Tidak ada tempat bagi kami orang miskin, tidak ada tempat bagi kami orang cacad maupun sakit.
Tiga tahun kemudian Ibu saya bunuh diri, karena Bunda merasa beban, tugas maupun aib, karena mempunyai anak cacad, terlalu berat baginya. Karena tidak ada sanak keluarga dan usia saya pada saat tersebut masih balita, akhirnya saya diambil oleh panti asuhan.
Teman-teman saya yang sehat, yang manis menemukan rumah tempat tinggal baru. Dirumah orang tua angkat mereka, namun tidak ada tempat bagi seorang anak cacad dirumah mereka.Maklum mereka tidak mau mengambil anak cacad, sebagai anak angkat mereka. Saya baru bisa jalan dalam usia lima tahun, tetapi saya tidak pernah bisa lari, sehingga anak-anak kawan sebaya saya tidak mau mengajak saya bermain.
Terlinang air mata saya keluar, ketika saya melihat kawan-kawan sebaya saya, mereka bisa bermain dengan orang tua mereka sambil tertawa riang dan ceria. Namun saya hanya bisa melihat mereka dari jauh saja, sebab tidak ada tempat bagi anak cacad dilingkungan anak-anak sehat.
Saya ingin masuk sekolah, saya ingin turut belajar seperti anak-anak lain, tetapi menurut ketua panti asuhan, percuma saja saya sekolah, karena toh dikemudian hari saya tidak akan bisa mendapatkan kerjaan. Maklumlah panti asuhan dimana saya tinggal bukannya panti asuhan dari pemerintah. Tidak ada tempat untuk anak cacad atau miskin di sekolahan pada saat sekarang ini.
Permainan sepak bola hanya bisa saya ikuti sebagai penonton saja, walaupun rasanya ingin sekali saya bisa turut merasakan menendang bola. Namun keinginan ini hanya impian yang tidak akan pernah bisa terwujudkan, karena tidak ada tempat bagi orang cacad dilapangan olah raga.
Hati saya merasa nyeri dan merasa seperti di iris-iris kalau saya melihat anak-anak lain naik sepeda atau main sepatu roda, karena untuk anak pincang tidak ada tempat dan kesempatan bisa melakukan ini semua.
Ketika saya dewasa, ingin saya mempunyai penghasilan sendiri, tetapi tidak ada tempat dilapangan kerja untuk orang cacad. Sejak saya lahir sampai dewasa, tidak pernah saya bisa merasakan rasa kasih maupun belaian kasih sayang dari seseorang. Perkataan kasih bagi saya adalah suatu hal yang abstrak yang tidak pernah mungkin bisa saya dapatkan maupun rasakan. Tidak ada tempat untuk kasih dalam dunia anak cacad.
Saya merasa di dunia ini tidak ada tempat bagi kami orang cacad, orang miskin, orang sakit, orang tua. Orang kaya tidak mau bergaul dengan orang miskin. Orang sehat tidak mau bergaul dengan orang sakit. Orang muda tidak mau bergaul dengan orang tua.
Tidak ada tempat untuk orang tua di dalam dunia ini, tempat mereka adalah dirumah jompo. Karena saya tidak punya pendidikan maupun pekerjaan terpaksa saya saya harus mengemis untuk mendapatkan belas kesihan dari orang lain.
Karena sering kehujanan dan juga sering tidak makan, akhirnya saya jatuh sakit. Batuk darah dan demam panas,tetapi tidak ada tempat bagi orang miskin dirumah sakit. Boro-boro dirumah sakit diruang praktek Dr. sekalipun juga kami tidak diinginkan. Tidak ada tempat bagi kami disana, karena kami tidak mampu bayar. Kesehatanpun hanya milik bagi orang berduit saja.
Akhirnya si Badu kawan saya mengajak saya kerumah ibadah, kalau kita tidak mampu bayar rumah sakit, Dr. maupun obat, kemana lagi kita bisa pergi selain menghadap dan memohon belas kesian dari Sang Pencipta.
Tetapi pertanyaan pertama yang tersirat dalam benak saya, apakah ada tempat bagi orang cacad di Gereja? Apakah ada tempat bagi orang miskin di Gereja? Tuhan Yesus dahulu dilahirkan dikandang sapi di dalam sebuah palungan.
Berbeda dengan gereja-gereja sekarang yang sedemikian mewah dan indahnya, sehingga saya sebagai orang miskin merasa risih dan takut untuk masuk gereja. Saya khawatir Gereja itu bukanlah tempat bagi kami umat miskin.
Apakah saya boleh dan bisa datang ke Gereja tanpa memakai sepatu, karena selama hidup saya, belum pernah saya memiliki sepatu? Apakah saya boleh dan bisa masuk ke Gereja dengan pakaian yang kotor dan bau? Karena hanya pakaian yang melekat di badan ini sajalah yang saya miliki? Apakah saya akan di Welcome, apabila tidak satu senpun juga yang bisa saya persembahkan?
Selama hidup saya untuk pertama kali saya masuk Gereja dan kebenaran pada saat tsb adalah hari Natal, bukan hanya Gerejanya saja yang dihias dengan indah, tetapi para pengunjungnyapun datang dengan pakaian mewah-mewah. Rasanya Gereja ini bukanlah untuk kami umat miskin?
Apakah kalau para gembala dari padang Efrata dahulu, dengan pakaian mereka yang kotor dan bau kambing, dengan kaki yang kotor tanpa sepatu akan di Welcome di gereja saat sekarang ini?
Karena saya menyadari bahwa Gereja yang berlantai batu marmor yang indah dan megah gedungnya itu bukanlah tempat untuk saya. Oleh sebab itulah saya memilih untuk duduk disudut dan dibangku paling belakang.
Dari seluruh khotbah yang diberikan oleh pak Pendeta hanya sebagian saja yang terngiang-ngiang dikuping saya. Saya merasa terharu sekali akan Maria dan Yusuf. Alangkah lebih buruknya keadaan mereka, saat mereka tiba di Betlehem dan tidak satupun tempat tersedia!
Bisa saya bayangkan bagaimana Yusuf memohon kepada pemilik penginapan, dengan meritahukan tentang keadaan Maria dan kebutuhan mereka yang mendesak akan sebuah tempat bagi Maria untuk melahirkan bayinya. Tetapi "tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Karena itu, ketika Yesus lahir, Dia hanya "dibungkus dengan lampin, dan dibaringkannya di dalam palungan" oleh ibu-Nya. Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Rupanya bukan untuk kami saja fakir miskin, orang yang sakit, orang cacad tidak ada tempat di dunia ini. Bahkan untuk Tuhan Yesus putera Allah, anak dari Raja segala Raja sekalipun tidak ada tempat di dunia ini. Tetapi adakah tempat untuk Tuhan Yesus di Gereja yang sedemikian indah dan mewahnya?
Tanyalah sama diri sendiri apabila Yusuf dan Maria datang dalam pakaian kumuh, kotor dan bau karena baru datang dari perjalanan jauh.Tanpa memiliki uang satu senpun juga, tanpa sepatu, tanpa mobil, apakah mereka akan di welcome di Gereja anda?
Esok harinya hujan turun dengan derasnya, walaupun saya dalam keadaan sakit, karena perut lapar hampir dua hari tidak makan. Akhirnya saya paksakan diri juga untuk jalan mencari makan dengan harapan bisa menemukan sesuap makanan di tempat sampah.
Entah kenapa, tetapi tiba-tiba badan saya merasa panas sekali, akhirnya saya muntah darah dan mata saya menjadi gelap. Namun samar-samar masih bisa saya dengar suara yang halus dan lembut dengan ucapan: "Di rumah Bapa-Ku masih banyak tempat tinggal. Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."
Si pincang pun meninggal dunia dalam keadaan yang sangat tragis, but who care?!
*) Menetap di Amsterdam, Belanda
Komentar