Perjalanan Tim JKW-PWI, Berkunjung ke Pulau Terluar Indonesia yang Penuh Misteri
ASKARA - Tim Jelajah Kebangsaan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (JKW) yang terdiri dari Indrawan Ibonk, Sonny Wibisono, Aji Tunang Pratama dan Yanni Krishnayanni menyempatkan diri berkunjung ke Pulau Ndana (Dana), Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pulau yang terletak di sebelah selatan Pulau Rote itu merupakan pulau tak berpenghuni. Pulau itu juga merupakan penanda batas terluar bagian selatan Indonesia dengan Australia.
Pulau ini pernah menjadi diperebutkan Australia. Lantaran itu, sejak 2006 ditempatkan puluhan personel TNI untuk menjaganya yang berganti setiap 9 bulan sekali.
Warga Australia karena paling dekat, sering datang diam-diam. Beberapa kali mereka harus pulang setibanya di pulau itu, karena tak mengantongi izin.
"Sebetulnya tidak masalah siapapun datang ke pulau Ndana, tapi izin dulu di Pos Marinir, akan kami atur dengan perahu nelayan agar bisa ke sana. Khusus orang bule, saya yang akan antar sendiri, itu tanggung jawab saya," ujar Komandan Pos Oeseli Rote, Sertu Irvan Ardiyanto.
Hal itu, kata Irvan, dilakukan agar petugas mengetahui maksud kedatangan dan tujuan ke Pulau Pulau Ndana.
"Kalau mereka datang diam-diam, ya terpaksa kami suruh pulang," tegasnya.
Irvan bercerita, Pulau Ndana memang masih penuh misteri. Ketika di pulau itu, pengunjung harus menjaga ucapan dan dilarang bicara kotor.
"Karena sudah pernah kejadian ada yang melanggar, tiba-tiba hilang. 2 hari kemudian ditemukan jenazahnya," kisah Irvan.
Menurut cerita masyarakat, kata Irvan, di pulau tersebut dulu terdapat kerajaan dan pernah terjadi pembantaian besar yang dilakukan satu orang atas dasar balas dendam karena ayahnya dibunuh di Pulau Ndana.
Peristiwa itu, disebut terjadi di pinggir danau ini. Lantaran itu pula, danau ini diberi nama Danau Merah dan airnya juga warna kemerahan.
Bagi pengunjung dari Pos Oeseli Rote yang ingin ke Pulau Ndana, para nelayan setempat menyediakan perahu untuk disewa yang bisa diisi 8-10 orang dengan lama perjalanan sekitar 45 menit.
"Perbatasan antar negara ini harus jelas dan ketat. Kami juga harus berhati-hati dalam mengemban tugas negara ini," tandas Irvan.
Komentar