Sabtu, 20 April 2024 | 17:25
NEWS

Bongkar Biang Rusuh, Belakang Layar Demo "Jokowi End Games"

Bongkar Biang Rusuh, Belakang Layar Demo
Presiden Jokowi (Biro Pers Sekretariat Negara)

ASKARA - Pandemi Covid-19 ini sejatinya adalah musuh bersama, maka selayaknya pemerintah dan rakyat bergotong-royong menghadapinya dengan kekuatan dan segenap upaya yang maksimal. 

Pemerintah tidak mungkin bisa sendiri berperang melawan virus ini, yang begitu ganas dan cepat penularannya. Pemerintah juga sudah menyatakan dengan jujur bahwa apa yang dilakukan belum sempurna.

"Rasanya berlebihan, ketika pemerintah dengan segala sumber daya yang dimiliki tengah melaksanakan perang suci melawan pandemi Covid-19, ada saja pihak-pihak yang memanfaatkan kondisi untuk mengambil keuntungan untuk diri sendiri, kelompok atau juragan yang "memelihara" mereka," ujar Direktur Eksekutif Strategi Institute, Anthony Danar, Sabtu (24/7).

Anthony mengatakan, sejatinya kritik adalah untuk membangun namun tak jarang sebagian lain sekadar mencibir dan mengusulkan ide-ide yang tak masuk akal untuk berupaya memojokkan pemerintah di tengah perang suci ini. Anthony menekankan, penolakan terhadap pemerintah saat ini, terkait penanganan Covid-19 sangat didominasi faktor politik. 

"Hari ini, kita menyaksikan kasus penyebaran poster bernada provokatif mengajak aksi demo bertajuk "Jokowi End Games" adalah salah satu kritik yang tidak membangun dan merupakan kegiatan politik praktis yang digagas oleh kelompok sakit hati yang dari awal ingin menggoyang Jokowi," ujar Anthony. 

Anthony mengingatkan, untuk waspada terhadap tindak tanduk para juragan politik yang berupaya mengacaukan Bangsa dan Negara Indonesia dan berupaya membawanya ke lubang kubur. 

"Mereka hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri, tanpa berfikir panjang bagaimana nasib Bangsa Indonesia jika tindak tanduk mereka kelewat batas. Juragan politik yang kini menyaksikan dari tempat sejauh di bukit biru sana, dahulu sempat berkuasa. Ya, pemerintahannya dipuji oleh koleganya," tegas Anthony. 

Lebih lanjut, Anthony menyebutkan, bahwa pernyataan MS Kaban yang mengusulkan sidang istimewa terhadap Jokowi adalah statment yang menyesatkan bagi masyarakat di tengah tingginya angka penambahan kasus Positif Covid-19 di Indonesia. 

"Kondisi yang terjadi akibat politik identitas yang terjadi di Indonesia adalah akibat adanya ternak-ternaknya diberikan corong untuk koar-koar menentang Ideologi Negara Pancasila oleh para penguasa negara sebelumnya," urai Anthony. 

Anthony menganalogikan, kondisinya seolah-olah peliharaan dan ternaknya dilepas, berlari dan berteriak membabi buta saat penguasa tidak lagi menjabat dan hanya menjadi oposisi pemerintah saja. 

"Untuk aparat keamanan berani bongkar biang rusuh yang menjadi juragan di belakang layar aksi aksi demo Tolak PPKm atau aksi Turunkan Jokowi, karena mengunakan mahasiswa atau kelompok masyarakat sebagai pion adalah tindakan yang tidak terpuji," tandasnya. 

Sementara itu, pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Ade Armando menyebut, ada politisi busuk di balik poster seruan aksi nasional untuk mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan kebijakannya.

Dosen UI itu juga menyebut seruan aksi itu adalah wujud kedunguan para mahasiswa yang dimanfaatkan oleh politisi busuk. Ade dengan tegas menyayangkan munculnya rencana aksi tersebut, Apalagi di saat sejumlah masyarkaat bersatu untuk melawan pandemi di Indonesia.

“Sementara orangtua mereka, keluarga mereka, tetangga, rakyat bersatu padu mengatasi pandemi; para mahasiswa dungu dimanfaatkan politisi busuk untuk bikin gerakan menggulingkan Jokowi,” cuitnya di twitter @Adearmando1.

Dalam poster yang dibagikan Ade Armando, terdapat tulisan besar berbunyi “Seruan Aksi Nasional, Jokowi End Game”.

Poster itu mengundang seluruh elemen masyarakat untuk turun ke jalan menolak PPKM dan menghancurkan oligarki istana beserta jajarannya. Tercantum pula bahwa aksi akan dilangsungkan pada Sabtu, 24 Juli 2021 dalam bentuk longmarch dari Glodok ke Istana Negara.

Komentar