Sabtu, 18 Mei 2024 | 17:47
NEWS

Bikin Bangga, Sarung Tradisional Cerme Tembus Pasar Dunia

Bikin Bangga, Sarung Tradisional Cerme Tembus Pasar Dunia
(Beritalima/Ist)

ASKARA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti bangga dengan produk sarung tenun tradisional dari Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang mampu menembus pasar Asia. Di momen Ramadan ini, penjualan sarung tersebut mencapai Brunei Darussalam, Malaysia dan Arab Saudi.

"Kita bangga produk dari desa ini bisa diterima pasar luar negeri. Ramadan memang membawa berkah. Momen ini harus dimanfaatkan dengan baik sebagai peluang untuk semakin memperluas pemasarannya," kata LaNyalla, Jumat (23/4).

Senator dari Dapil Jawa Timur itu mengatakan, selain Asia masih ada negara lain yang berpotensi menjadi pasar baru penjualan sarung tenun tanpa mesin itu. Negara-negara Islam di luar Asia perlu dijajaki karena peluangnya sangat terbuka.

"Pangsa pasarnya masih sangat luas. Selain negara Asia, banyak negara berpenduduk muslim yang bisa menjadi sasaran ekspor. Misalnya negara-negara di Afrika dan Timur Tengah," jelas dia.

Meski demikian, LaNyalla mengingatkan, di luar Ramadan biasanya penjualan sarung tradisional akan menurun. Untuk itu, LaNyalla meminta pemerintah daerah membantu pemasarannya agar tetap eksis. 

"Pemda Gresik harus mempunyai strategi agar penjualan sarung tradisional di luar momen Ramadan tetap stabil," katanya.

Misalnya, bermitra dengan komunitas pesantren yang jumlahnya besar, tidak hanya di Gresik tetapi di Jawa Timur. 

"Hal ini perlu dilakukan agar usaha tradisional tersebut dapat berjalan dan bisa terus menghidupi para pekerjanya," ujar LaNyalla.

Bagi LaNyalla, sarung tradisional merupakan kekayaan kearifan lokal yang perlu dilestarikan. Sarung bukan semata sebagai produk fashion tetapi sudah menjadi bagian dari identitas masyarakat Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Hari Sarung Nasional pada 3 Maret.

"Sarung sudah menjadi identitas, apalagi di kalangan santri dan pesantren sudah seperti pakaian wajib. Fungsi sarung bukan lagi menjadi pakaian untuk beribadah, tapi sudah memiliki nilai kehidupan," kata LaNyalla.

Memasuki bulan Ramadan hingga jelang Lebaran, penjualan sarung tradisional yang dikerjakan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Cerme, Gresik meningkat hingga empat kali lipat.

Sarung itu diekspor ke Brunei, Malaysia dan Arab Saudi dengan harga sekitar Rp 400.000. Para perajin juga membuat sarung eksklusif dari bahan utama sutera timbul yang dijual Rp 1,3 juta.

"Yang lebih mahal lagi, mereka membuat sarung berbahan sutera motif songket yang pengerjaannya butuh waktu dua minggu untuk menghasilkan tiga buah sarung sutera timbul," demikian LaNyalla. (beritalima) 

Komentar