Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:11
JAYA SUPRANA

Jangan Pecah-belah Bangsa Indonesia

Jangan Pecah-belah Bangsa Indonesia
Jaya Suprana (Dpk pribadi)

Pada masa pilpres 2019, bangsa Indonesia terpecah-belah menjadi kubu pendukung capres nomor 1 yang berseberangan dengan kubu pendukung nomor 2. Masih-masing kubu menggunakan istilah cemooh bagi kubu lawan. Kubu nomor 1 menyebut kubu nomor 2 sebagai kampret dan kubu nomor 2 menyebut kubu nomor 2 cebong

Namun setelah pilpres usai, bangsa Indonesia tetap terpecah-belah menjadi yang pro pemerintah dan yang tidak pro pemerintah. Mendadak muncul sebuah kreasi sebutan baru yaitu “kaldrun” sebagai akronim nama satwa jenis tertentu yaitu kadal gurun. Memprihatinkan bahwa sebutan kaldrun beraroma rasis akibat ditujukan ke arah ras tertentu di Indonesia tercita ini. 

Diskriminatif

Pada hakikatnya istilah kaldrun inkonstitusional sebab melanggar undang-undang anti diskriminasi ras. Mereka yang tega menghina sesama manusia warga Indonesia dengan sebutan satwa pada hakikatnya tidak lebih beradab ketimbang satwa yang tidak pernah melecehkan sesama satwa dengan sebutan manusia. Sebutan kaldrun rawan diseret ke ranah hukum oleh mereka yang merasa latar belakan rasnya dilecehkan. 

Maka saya merasa kurang sreg terhadap sebutan satwa terhadap manusia yang dihinakan kepada sesama warga Indonesia yang tidak pro pemerintah dan/atau diarahkan ke etnis tertentu. Meski para pengguna sebutan kaldrun tentu saja akan tegas menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak berniat menghina warga etnis tertentu. 

Harapan

Tidak terlalu sulit ikut merasakan perasaan pihak yang dilecehkan dengan sebutan kaldrun. Meski anjing merupakan mahluk teladan kesetiaan namun sebaiknya jangan hina sesama manusia dengan sebutan anjing apalagi masih ditambah predikat geladak. 

Meski kadal gurun secara ethologis merupakan mahluk paling mampu bertahan hidup di lingkungan paling tidak kondusif namun sebaiknya jangan hina sesama warga Indonesia dengan sebutan kaldrun. Apalagi sebutan beraroma kebencian dikaitkan perbedaan latar belakang suku, ras dan agama sama sekali tidak sesuai citra kepribadian bangsa Indonesia yang tersohor di seluruh dunia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kerukunan antar suku, ras dan agama. 

Dapat diyakini bahwa menggunakan sebutan satwa bagi sesama warga Indonesia alih-alih mempersatukan bangsa sesuai sila Persatuan Indonesia malah  memecah-belah bangsa selaras politik divide et empera yang lazim digunakan bangsa penjajah demi lebih mudah menguasai bangsa yang dijajah. 

Marilah kita bersatupadu demi maju tak gentar berjuang menghentikan angkara murka memecah-belah bangsa sendiri dengan menggunakan sebutan satwa terhadap sesama warga Indonesia. Tentu saja ajakan ini akan ditolak oleh mereka yang memang ingin memecah-belah bangsa Indonesia.

Komentar