Kamis, 18 April 2024 | 09:23
OPINI

Agama Masyarakat Tionghoa (Bag. 6)

Agama Masyarakat Tionghoa (Bag. 6)
Soe Hok Gie

Tiongkok adalah negara yang tidak pernah menjajah tidak seperti negara-negara barat lainnya. Misalnya Laksamana Cheng Ho atau Zheng He, melakukan tujuh pelayaran dengan antara 41 hingga 317 kapal, dan antara 27,550 hingga 30,000 pelayar dengan jumlah kapal maupun kelasi yang sedemikian banyaknya dengan mudah Cheng Ho bisa menjajah salah satu negara di Asia yang dikunjunginya. Namun hal itu tidak ia lakukan karena tujuan utamanya adalah misi diplomasi perdagangan, kebudayaan, penyebaran Islam dan hubungan antarbangsa.

Beda dengan Belanda yang datang hanya dengan empat kapal saja dan 248 pelayar namun sudah ingin menjajah. Orang Tionghoa menyebar di seluruh dunia namun dimanapun mereka berada mereka memegang teguh prinsip dari pepatah bijak menyebutkan: "Dimana kaki berpijak, di situ langit dijungjung”.

Peribahasa ini dapat dimaknai bahwa kita harus mengikuti peraturan dimana kita berada. Dalam peribahasa Jawa juga disebutkan “deso maca cara negara mawa tata”. Bagi orang Jawa tentu paham baik dengan peribahasa ini.

Walaupun untuk ini mereka harus berkorban perasaan budaya bahkan harga diri yang dinjak-injak secara semena-mena. Misalnya dimana mereka disarankan (paksa secara halus) untuk ganti nama padahal bagi orang Tionghoa itu nama marga itu benar-benar harus dan harus dijunjung tinggi oleh sebab itulah juga orang Tionghoa selalu mengharapkan untuk bisa dapat keturunan seorang Putera agar bisa meneruskan nama marga mereka.

Namun dimana mereka diharuskan ganti nama mereka manut tanpa protes sepatah katapun juga hanya bungkem dan sungkem terus. Orang Tionghoa yang vokal dan tidak mau ganti nama hanya Soe Hok Gie dan Yap Tiam Hien. Namun tanyalah sendiri apakah jiwa nasionalis maupun cinta Indonesia mereka perlu diragukan?

Kakak perempuan dari ayah Mang Ucup adalah ibu kandungnya dari Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin (Arief Budiman). Orang Tionghoa dijarah bahkan diperkosa maupun dibunuh sekalipun pada saat kerusuhan Tionghoa, apakah mereka balik membalas ? Tidak ! Hal ini mereka lakukan karena ajaran agama yang mereka anut ialah Tridharma atau disebut Samkau dlm dialek Hokkian (San Jiao) secara harfiah Tiga Ajaran.

Tiga ajaran yang dimaksud adalah Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme. Penganut Tridharma tidak pernah memiliki keinginan maupun hasrat untuk merubah agama ataupun kepercayaan seseorang. Prinsip mereka daripada mengritik agama maupun kepercayaan orang lain lebih baik membantu dan memberikan teladan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa, sebagai hasil dari sinkretisme 4 ajaran (dan filsafat) yang mempengaruhi kebudayaan Tionghoa dan sejarah Tiongkok sepanjang ±2500 tahun!

Taoisme berdasarkan ajaran dari Lao Tzu (570 – 470 SM) melalui hasil karyanya Tao Te Ching-nya, yang telah menjadi sumber kebijakan selama lebih dari 2500 tahun. Tao Te Ching atau buku Tao ini mengajarkan Kepemimpinan Tao, antara lain menyatakan, pemimpin bijak hendaknya seperti air, membersihkan dan menyegarkan semua makhluk tanpa pandang bulu. Air bersifat cair dan responsif. Air mengikuti hukum secara bebas. Kepemimpinan yang benar menurut Lao Tzu selanjutnya, adalah pelayan, bukan mementingkan diri sendiri serta menempatkan kesejahteraan semua di atas kesejahteraan sendiri.

Buddhisme didirikan 2.500 tahun silam di India oleh Siddharta Gautama - lebih dikenal sebagai Buddha - ajaran Buddha meluas ke seluruh Asia dan kini merupakan agama terbesar keempat di dunia. Ajaran utama dari Buddhisme ialah dimana kita menyadari bahwa setiap orang saling terhubung dan saling bergantung. Atas dasar ini kita mengembangkan kasih dan welas asih terhadap semua makhluk secara setara. By Race I am Chinese and By Grace I am Christian. Liang Zi Xiang

Mang Ucup (Nio Tjoe Siang)<_p>

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar