Sabtu, 20 April 2024 | 07:06
OPINI

Sejarah Orang Tionghoa Di Indonesia (Bag. 2)

Sejarah Orang Tionghoa Di Indonesia (Bag. 2)
Ilustrasi

Orang Tionghoa Indonesia terkadang disebut Chindo. Mereka menamakan diri merela dengan istilah Tenglang (Bahasa Hokian) atau Tangren (Bahasa Mandarin 唐人 - Orang Tang). Sedang kata Tionghoa itu diserap dari bahasa Hokian Zhonghua yaitu bangsa yang berasal dari negeri Tiongkok (Bahasa Hokian).

Sejak ekspedisi Cheng Ho pada abad ke 15 para pedagang Tionghoa Muslim mulai menghuni kota-kota di Indonesia. Harian Sin Po koran Melayu Tionghoa pada tahun 1920 mempelopori penggantian kata belanda Inlander bagi penduduk Indonesia menjadi Bumiputera. Sebagai imbalan sejak saat itu media lokal mengganti kata Tjina menjadi Tionghoa. Maka dari itu suku Tionghoa merasa lebih nyaman dengan sebutan Tionghoa daripada Tjina. Jumlah etnis Tionghoa di Indonesia lebih dari 7,5 juta dan ini merupakan jumlah penduduk terbesar di daratan Tiongkok (Sumber BPS).

Kenapa kebanyakan orang Tionghoa menjadi pengusaha? Hal ini sebenarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang tidak mengizinkan orang-orang Tionghoa untuk memiliki tanah, serta menjadi pegawai birokrasi pemerintah atau pegawai negeri. Sehingga orang-orang Tionghoa memfokuskan diri mereka menjadi pedagang, bidang usaha yang memang mereka diizinkan untuk itu.

Mereka tidak bisa menjadi pemilik perkebunan atau pertanian karena tidak diizinkan memiliki tanah. Mereka juga tidak bisa menjadi pegawai negeri karena jabatan ini hanya diberikan kepada golongan Eropa dan bangsawan pribumi. Apa bedanya etnis Cina Totok dan Cina Peranakan. Penjelasannya sederhana, yang dimaksud dengan Cina Totok adalah kelompok orang-orang yang lahir di negeri Cina kemudian datang serta menetap di Indonesia.

Sementara itu, yang dimaksud dengan Cina peranakan adalah orang-orang keturunan Cina yang lahir di Indonesia. Beberapa dari Cina peranakan biasanya juga memiliki ibu yang merupakan warga pribumi. Pada saat itu Perempuan Tionghoa dilarang keluar dari daratan Tiongkok. Oleh sebab itulah ketika mereka hijrah ke Indonesia, mereka menikah dengan perempuan pribumi. Kebanyakan sebagai istri kedua maklum sebelumnya mereka hijrah ke Indonesia, mereka sudah punya istri di Tiongkok yang tidak mungkin diajak untuk turut hijrah ke Indonesia, karena adanya larangan tersebut. Sejumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa Raden Patah pendiri kesultanan Demak adalah Cina Peranakan

Kelompok Kasna atau Bekas Cina

Berdasarkan Kepres 1967 Order Baru dimana orang Tionghoa dianjurkan untuk ganti nama menjadi nama yang tidak berbau Tionghoa lagi. Kebanyakan dari mereka yang telah mengganti nama Tionghoa dengan nama Indonesia. Akhirnya menjadi OCBC (Orang Cina Bukan Cina) lagi, karena mereka merasa sudah tidak ada keterkaitannya lagi dengan Cina, walaupun kulitnya masih tetap kuning. Maklum ganti nama mudah; namun ganti kulit mustahil terkecuali dibeset seperti Michal Jackson. By Race I am Chinese and By Grace I am Christian. Liang Zi Xiang - 梁 子 祥.

Mang Ucup (Nio Tjoe Siang)

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar