Kamis, 16 Mei 2024 | 19:22
OPINI

Jangan Mau Dibodoh-bodohi Kartel dan Oligarki

Jangan Mau Dibodoh-bodohi Kartel dan Oligarki
Ilustrasi Oligarki (Dok Nusantaranews)

Sebenarnya kenapa sih FPI harus dibubarin? Sebenarnya pemerintah yang merupakan buah dari namanya oligarki partai dan kartel politik, nggak ada takut-takutnya sama FPI. 

Tapi Oligarki dan kartel politik ini takut sama yang namanya kebangkitan Populisme. Baik itu populisme yang berasal dari kelompok-kelompok masyarakat yang berbasis keagamaan sehingga disebut populisme kanan, maupun populisme yang berasal dari aneka ragam elemen masyarakat yang berbasis nasionalisme kerakyatan dan sosialisme ala Indonesia. Dan secara akademik kerap disebut populisme kiri. 

Yang teman-teman kudu nyadar, sebenarnya walaupun kedua kutub populisme ini bersebarangan, tapi sebetulnya ada satu pemahaman yang sama dalam menilai keadaan sekarang ini. Yaitu demokrasi sebagai buah neoliberalisme dan korporasi global yang berjalan sejak 1980an, mulai dipertanyakan efektifitas dan kegunaannya buat rakyat. 

Nah inilah yang bikin ketar-ketir kartel politik dan oligarki partai. Bahwa populisme bisa jadi strategi mengangkat wacana bahwa demokrasi buah dari neoliberalisme dan korporasi ini, telah menciptakan jurang yang lebar antara rakyat dan oligarki yang mengatasnamakan rakyat. 

Dari kekuatiran orang orang dari kartel dan oligarki ini, kemudian menggunakan sarana pembubaran FPI buat meggerus legitimasi populisme kanan. Atau dalam istilah menteri agama baru, populisme Islam. Ini aja menarik nih, tetiba lahir frase kata ini. Berarti, FPI mereka jadikan role model ini lho populisme kanan itu. Bahaya dan antidemokrasi. 

Nah tapi jangan salah. Populisme kiri yang sejatinya bukan komunis atau PKI, melainkan nasionalisme kerakyatan plus sosialisme ala Indonesia, kartel dan oligarki juga minta ampun takutnya. Maka selalu digembar-gemborkan bahaya laten komunisme. Bahaya laten PKI. Dan seterusnya. 

Sedangkan populisme kanan, digembar-gemborkan terus bahaya laten Khilafah, fundamentalisme Islam, Wahabi, anti minoritas dan seterusnya. 

Padahal ketakutan pokok kartel politik dan oligarki, (sengaja saya menghindari istilah rejim, karena rejim sifatnya temporer dan berjangka, adapun kartel dan oligarki lekat dengan sistemnya), adalah pada potensi populisme untuk menginspirasi pelurusan praktek2 demokrasi semu saat ini. Demokrasi yang harusnya melayani semua aspirasi masyarakat, prakteknya cuma jadi alat kaum berduit alias kaum plutokrasi. 

Jadi, dengan belajar dari kebangkitan populisme kanan di Eropa dan Amerik Serikat maupun populisme kiri di Amerika Latin dan Filipina, para anggota kartel politik dan oligarki partai sepertinya nyadar betul bahwa demokrasi buah dari neoliberalisme dan korporasi ini, sekarang mulai lapuk dan bisa runtuh setiap saat. 

Makanya FPI dibubarin ini ibaratnya nembak orang-orangan sawah dari jerami buat nakutin ancaman yang sesungguhnya dari populisme agama, seperti nantinya saya yakin juga kartel atau oligarki akan nyari modus yang sama buat menggerus populisme nasionalis dan sosialis ala Indonesia untuk di PKI kan. Juga buat nakutin ancaman yang sama dari populisme nasionalisme dan sosialisme. 

Yang satu di FPI kan, nah yang satu lagi di PKI kan. Yang satu ditembak dengan tebar isu bahaya fundamentalisme Islam dan Khilafah. Yang satunya ditebar isu bahaya latin komunis dan awas ancaman membentuk negara komunis. 

Alhasil, populisme kanan maupun kiri yang saat ini sangat masuk akal untuk duduk satu meja, dan menggagas kontra skema menghadapi skema neoliberalisme dan penjajahan gaya baru dengan berlindung di balik demokrasi neoliberali, saat ini dipancing buat benturan satu sama lain di isu-isu yang nggak penting-penting amat. Sehingga tercegah untuk duduk dalam satu meja membahas agenda strategis bangsa. 

 

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik dan Wartawan Senior 

Komentar