Jumat, 26 April 2024 | 04:10
NEWS

Operasi Penyakit Epilepsi Pertama di Indonesia, Dokter Made Agus Mahendra Inggas Diganjar Rekor MURI

Operasi Penyakit Epilepsi Pertama di Indonesia, Dokter Made Agus Mahendra Inggas Diganjar Rekor MURI
Rekor Muri untuk Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp. BS, FINPS (Dok Istimewa)

ASKARA - Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp. BS, FINPS sebagai Dokter Bedah Saraf pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi Deep Brain Stimulation pada penyakit Tourrette Sindrome dan Dokter Bedah Saraf pertama yang berhasil melakukan Operasi Stereotactic Brain Lesioning Thalamotomy pada penyakit Epilepsi. 

"Dalam menangangi kedua penyakit ini, telah dilakukan berbagai metode pengobatan standar lainnya, namun tidak ada yang menunjukkan hasil signifikan sehingga akhirnya diputuskan untuk melakukan tindakan Operasi Stereotactic Brain Lesioning Thalamotomy pada penyakit Epilepsi dan Operasi Deep Brain Stimulation penyakit Tourrette Sindrome yang pertama kali di Indonesia," jelas dokter Made pada saat proses penyerahan penghargaan MURI ditengah acara webinar “Sharing Experience in High Grade Glioma”, bertempat di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Sabtu (5/12) lalu. 

Operasi Stereotactic Brain Lesioning Thalamotomy pada penyakit Epilepsi dilakukan di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, November 2017. Sebelumnya, sudah diusahakan dengan jenis pengobatan yang lain seperti obat-obatan, Operasi Vagus Nerves Stimulator, dan pemasangan implant. 

Namun semuanya tidak berhasil, maka dari itu diputuskan untuk dilakukan tindakan yang lebih canggih lagi dengan Thalamotomy untuk operasi pada Epilepsi ini. Hasilnya jauh lebih baik dibanding dua pengobatan sebelumnya. Sejauh ini pasiennya sudah stabil, sudah tidak pernah kejang jatuh lagi, dan masih tetap dikontrol dengan obat-obatan.

Penyakit Tourrette Sindrome merupakan penyakit dimana pasien memiliki dua gejala yaitu kadang berteriak kencang, nafas kencang, atau berbicara kasar tanpa disadari. Gejala yang kedua, pasien melompat tanpa bisa berhenti apalagi jika sedang dalam tekanan, dimana melompat merupakan gejala terberat dalam Tourrette Sindrome. 

Pengobatan melalui obat-obatan juga sudah dilakukan, namun tidak menunjukan hasil yang diharapkan. Operasi Deep Brain Stimulation penyakit Tourrette Sindrome dilakukan di Siloam Hospitals Karawaci, Tangerang, November 2018. Saat ini pasien sudah melanjutkan aktivitasnya sebagai mahasiswa di Yogyakarta, dengan kondisi stabil, dan sudah tidak menunjukkan gejala apapun.

Dokter yang sering disapa dengan sebutan dokter Made ini menjelaskan, tantangan terbesar yang dihadapi dalam menangani kasus penyakit Epilepsi ini adalah bagaimana membuat pasiennya menjadi kooperatif, karena pasiennya masih muda, kejang yang berulang-ulang dan resisten, sehingga kondisinya kurang stabil dan mengakibatkan sulitnya berkomunikasi apalagi jika Epilepsinya sedang kambuh. 

"Namun seiring berjalannya waktu akhirnya pasiennya sudah dapat menyesuaikan diri. Sedangkan untuk kasus Tourrette Sindrome pasien sangat kooperatif, sehingga memudahkan saya dan tim yang lain dalam melakukan tindakan, tapi kesulitannya justru pada saat tindakan untuk menemukan titik Tourrette Sindrome yang akan distimulasi, karena ada pemasangan chip khusus dibagian dalam otak. Apalagi di Indonesia tindakan ini belum pernah dilakukan, sehingga kami harus sangat berhati-hati," terangnya.

Harapannya, kedua operasi yang telah berhasil dilakukan ini menjadi tonggak untuk dunia kedokteran khususnya Bedah Saraf, dimana ini menjadi batu loncatan karena saat ini sudah ada alternatif pengobatan untuk pasien-pasien dengan kasus Epilepsi yang sudah kronis. Hal ini juga berlaku sama untuk pasien dengan Tourrette Sindrome dimana saat ini mungkin banyak masyarakat yang belum tahu alternatif pengobatan untuk penyakit ini, dengan hasil yang nyata.

Berlokasi strategis di pusat kota Jakarta, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi merupakan rumah sakit swasta pertama di Indonesia yang menyediakan pelayanan untuk menangani berbagai macam penyakit kanker mulai dari deteksi dini, bedah dan terapi, hingga perawatan paliatif. 

Hadir dengan suasana modern dan nyaman, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi didukung oleh para dokter spesialis bedah onkologi dan Konsultan Onkologi lainnya, serta tenaga medis kompeten dan berpengalaman untuk memberikan pelayanan medis prima secara tepat, efektif, dan menyeluruh demi upaya penyelamatan dan pemulihan pasien. 

Teknologi radioterapi, PET-CT (Positron Emission Tomography/Computed Tomography) Scan yang dalam bidang onkologi digunakan untuk diagnostik, mencari penyebaran keganasan, mendeteksi kekambuhan, dan evaluasi respons terapi kanker, LINAC dengan teknologi RapidArc, MRI 3 Tesla, dan CT Scan 256 Slice juga dihadirkan untuk menunjang pelayanan kepada pasien.

Komentar