Usung Semangat Kebersamaan, Film Darah Biru Arema 2 Bakal Tayang di Bioskop
ASKARA - Kabar gembira bagi suporter sepak bola Tanah Air, film berjudul Satu Jiwa Untuk Indonesia (Darah Biru Arema 2) akan tayang 26 November di bioskop.
Penayangan film itu dilakukan setelah sebagian bioskop mulai kembali beroperasi. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
Film tersebut menceritakan tentang suporter Arema FC, Aremania. Sebenarnya film itu pernah diputar di bioskop pada 2018. Namun, saat itu pemutarannya hanya di Malang.
Sang sutradara Taufan Agustyan mengatakan, film itu berangkat dari semangat film "Darah Biru Arema 1" (2014). Karya tercipta dari semangat lokal, mengusung semangat kebersamaan dan kehidupan pendukung terutama Aremania.
"Seiring berjalannya waktu, Arema tidak hanya kemudian menjadi satu identitas tim sepakbola. Melainkan tumbuh bergerak menjadi sebuah entitas yang bisa dibanggakan arek-arek Malang itu sendiri," kata sutradara Taufan Agustyan baru-baru ini.
Taufan menuturkan, ingin menggali kehidupan suporter yang sejatinya penuh dengan kesederhanaan dan rasa persaudaraan. Dengan distribusi film didukung Ideosource Entertainment.
CEO Ideosource Entertainment, Andi S Boediman menyatakan, pihaknya mempunyai misi untuk mendukung perkembangan film daerah dan film komunitas.
"Kami pun yakin para sineas daerah punya talenta yang nantinya bisa bersaing secara nasional atau pun internasional," imbuh Andi S Boediman.
Mengetahui bakal ditayangkan film itu, Arema FC mengapresiasi film ini dan berharap bisa memberikan dukungan positif kepada para Aremania dan para pemain untuk bisa melewati pandemi Covid-19.
"Kebanggaan tersendiri khususnya baik bagi Aremania, masyarakat Malang dan tentunya Arema FC. Jujur, kami sangat tersentuh dengan pesan moral yang ingin disampaikan di film DBA 2 ini," ucap media officer Arema FC, Sudarmaji.
"Jadikan ini sebagai bahan perenungan dan refleksi bagaimana dalam kondisi sulit kita harus dipaksa bertahan demi kebanggaan,” tambahnya.
Cerita film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari tiga orang pendukung, bagaimana mereka menghadapi tantangan hidup ketika PSSI memutuskan membatalkan semua pertandingan.
Komentar