Jumat, 19 April 2024 | 10:03
OPINI

Who Is The Real Mang Ucup? (Bag. 11)

Mang Ucup Dibacok Gegara Nasi Bungkus !

Mang Ucup Dibacok Gegara Nasi Bungkus !
Jusuf Randy si Raja Komputer

Berdasarkan info dari sohib setia saya mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib) Laksamana Sudomo (Almarhum), apabila saya mau tinggal menetap terus di Indonesia, maka sudah bisa dipastikan, saya akan di vonis selama delapan tahun penjara, karena kasus KTP ini.

Oleh sebab itulah beliau menganjurkan agar saya segera berangkat pulang ke Jerman meninggalkan Indonesia. Beliau sendiri yabg mengantarkan saya ke Aiport melalui ruang VVIP khusus untuk para pejabat tinggi RI.

Ketika saya mau meninggalkan Indonesia; hati saya merasa seperti disayat-sayat dan rasa pilu maupun rasa sedih yabg tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Saya tidak merasa sedih ataupun kecewa, karena LPKIA disita oleh pihak tertentu. Begitu juga ketika seluruh aset di Bank maupun beberapa tanah seperti di daerah Pondok Indah, Permata Hijau ataupun di daerah elit lainnya disita. Karena bagi saya harta itu hanya sekedar pinjaman dari Tuhan dan di dunia ini kita hanya sebagai tamu yang numpang lewat saja.

Namun saya merasa sangat sedih sekali, karena harus meninggalkan ratusan anak asuh saya. Bagi saya anak-anak itu merupakan titipan dari Tuhan, dimana saya wajib memberikan yang terbaik bagi mereka. Bukan hanya dengan sekedar memenuhi sandang dan pangan mereka saja, melainkan juga berkewajiban untuk memberikan mereka Pendidikan yang layak setinggi mungkin, sesuai dengan kemampuan mereka.

Siapa yang mau mengurus mereka apabila anak-anak tersebut ditinggalkan oleh saya nanti? Hal inilah yang membuat saya jadi resah maupun sedih. Hati saya merasa terhibur, apabila melihat bahwa apa yang saya telah tabur terhadap anak-anak asuh saya tersebut bisa berbuah menjadi satu kenyataan dimana mereka bisa mewujudkan impiannya. Di bawah ini adalah testimoni langsung dari salah satu anak asuh saya yang telah berhasil menggapai cita-citanya.

Testimoni

Artikel ini ditulis oleh Wilson Lalengke SPd MSc MA. putera asuhnya Mang Ucup.

Gara-gara Nasi Bungkus!

Ia diincar untuk dibunuh oleh pihak tertentu. Bahkan usaha pembunuhan itu sudah dilakukan, namun Tuhan masih menjaga dan menyelamatkannya. Sekitar tahun 1988 Jusuf Randy membuka warung makan. Ia sengaja mengontrak ruko yang cukup besar di Pasar Blok A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Warung makan tersebut diberi nama Basmalah.

Basmalah (bahasa Arab: بسملة) adalah pembukaan Bismillah (بسم الله, "Dengan nama Allah"), lengkapnya adalah bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi. Kata ini diucapkan setiap kali seorang Muslim melakukan sholat, juga saat akan memulai suatu kegiatan harian lainnya.

Nama Basmalah ini diambil dengan tujuan agar setiap sebelum para kuli pasar maupun kaum miskin yang berada di Pasar Blok A tersebut memulai kegiatannya, mereka secara sadar atau tidak mengucapkan kata Basmalah. Sebagai imbalan dari ucapan doa tersebut, entah oleh siapapun juga dan dari golongan agama apapun, akan mendapatkan nasi bungkus lengkap dengan lauk-pauknya.

Jusuf Randy saat itu memberikan sekitar 800 nasi bungkus, bahkan terkadang sampai 1.000 nasi bungkus gratis per hari kepada setiap orang yang membutuhkan makanan, terutama di seputaran Pasar Blok A itu. Gagasan ini timbul karena Jusuf Randy merasa kasihan, penuh empati, merasa sedih melihat begitu banyak orang yang bekerja di pasar tanpa sarapan pagi sebelumnya.

Mereka baru mulai sarapan pada waktu siang hari, sehingga dengan demikian mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk sarapan pagi. Untuk memenuhi kebutuhan nasi bungkus yang banyak itu setiap hari, oleh Jusuf Randy, sebagian nasi bungkus dibeli dari pedagang kaki lima di Pasar Blok A.

Sebagai pengusaha, Jusuf Randy memahami bahwa langkahnya memberikan makanan gratis kepada para buruh dan kaum miskin akan berpengaruh kepada para pedagang makanan di sekitar warung nasinya. Untuk itu, Jusuf Randy tetap mengingat mereka jangan sampai merugi berjualan makanan di Pasar Blok A. Caranya, ia membeli sebagian nasi bungkus dan membagikannya secara gratis kepada para “pelanggan makanan gratisnya”.

Kalau dinilai dengan uang, pemberian nasi bungkus gratis Jusuf Randy dapat mencapai 12 juta hingga 15 juta rupiah per hari (harga Rp. 15.000 per bungkus). Entah mengapa, rupanya masih ada beberapa gelintir pedagang yang tidak kebagian rejeki. Hal ini membuat mereka jadi iri hati, bahkan ngambek bahkan marah kepada Jusuf Randy.

Perlu diketahui bahwa Jusuf Randy selalu mengusahakan untuk turut hadir di tengah-tengah para pelanggan nasi bungkus gratisnya. Bahkan, ia selalu terlihat makan bareng bersama para kuli di pasar tersebut, makan nasi bungkus yang sama setiap hari.

Beberapa lama berselang, rupanya ada pedagang kaki lima yang merasa iri dengan pola kerja usaha warung makan Basmalah ala Jusuf Randy itu. Sang pedagang itu kemudian berencana untuk membunuh si pemilik warung makan si Jusuf Randy yang “sok kaya, sok dermawan” itu.

Sang pedagang benar-benar nekad. Ia lalu melaksanakan niatnya, mendatangi Jusuf Randy dan membacok kepalanya menggunakan celurit pada saat beliau membagikan nasi bungkus. Kepala Jusuf Randy luka parah, berlumuran darah! Beruntunglah, banyak orang yang datang membantu dan membela Jusuf Randy.

Karena ketakutan, si pedagang yang membacok tersebut segera kabur terbirit-birit naik motor. Karena luka yang cukup parah Jusuf Randy langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pondok Indah. Bersyukur, disamping lukanya tidak terlalu dalam, pertolongan yang cepat oleh warga menyelamatkan nyawanya. Peristiwa heboh pembacokan Jusuf Randy, esoknya menjadi berita utama di berbagai media massa saat itu. Codet atau cacad bekas bacokan celurit di kepala Jusuf Randy masih tetap ada sampai sekarang.

Polisi setempat sebenarnya ingin melacak dan mencari lebih lanjut siapa yang membacok Jusuf Randy, namun ia menolak bahkan melarangnya dengan alasan sebagai korban sudah memaafkannya. Jadi, masalah ini dianggap selesai dan tidak perlu diperpanjang lagi. Kita harus bisa saling memaafkan satu dgn yg lain. Hidup orang tersebut sudah cukup susah, kenapa harus dibuat menjadi lebih susah lagi, kasihan !

Jusuf Randy lebih memilih mengambil hikmah dari peristiwa itu daripada memperkarakan sang pembacok, yang dalam pikirannya hanyalah orang susah yang ingin tetap dapat bertahan hidup dari usaha dagang makanan kaki limanya. Mereka bukannya harus dilaporkan; melainkan harus dibantu agar mereka bisa mendapatkan penghasilan yang memadai. Hampir semua orang akan melakukan hal bodoh semacam itu hanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya yang tidak seberapa.

Akibat kejadian tersebut Jusuf Randy sadar bahwa seringkali ia ingin melakukan kebajikan, tetapi belum tentu kebajikan ini bisa diterima oleh semua pihak. Pasti akan ada satu atau dua orang yang merasa terganggu, tidak kecepretan rejeki lagi. Sejak kejadian itu warung makan Basmalah di Pasar Blok A tersebut ditutup.

Sebagai tambahan cerita saja, Jusuf Randy di tahun 80-an itu, juga membantu, menyantuni ratusan anak asuh. Anak asuh tersebut ia ambil dari lingkungan tempat pembuangan sampah dan kalangan pemungut sampah di jalanan. Yang dijadikan anak asuh oleh Jusuf Randy hanyalah mereka yang sudah yatim-piatu. Sayangnya, penampungan dan kegiatan sosial penyantunan anak asuh Jusuf Randy ini menjadi terlantar ketika ia harus meninggalkan Indonesia akibat persoalan KTP aspal.

Wilson Lalengke adalah salah satu dari ratusan anak asuh Mang Ucup. Dengan bantuan Jusuf Randy Wilson telah berhasil menyelesaikan studinya di Belanda dan di Jepang. Bahkan akhirnya ia bisa melanjutkannya di Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhamnas). Sekarang ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Pewarta Indonesia (PPWI).Perlu ditekankan pula, bahwa Wilson merupakan salah satu tokoh pejuang yang selalu siap membela para awak media yang diperlakukan tidak adil.

Satu kebanggaan tersendiri bagi Mang Ucup, karena salah satu anak asuhnya Wilson Lalengke adalah alumnus dari Lemhamnas. Lembaga Pendidikan yang paling bergengsi, dimana para pemimpin negara dipersiapkan untuk jadi Jenderal maupun Menteri. Mereka yang pernah dididik di kawah Candradimuka Lemhanas, misalnya: Agum Gumelar, Puan Maharani, Tito Karnavian, Prof. Dr. Muladi, SH , Prabowo dll.vSaya turut doakan agar Wilson putera asuh Mang Ucup suatu saat bisa diangkat jadi Menteri, Amin.

Kenapa Mbak Wied yang 25 tahun jauh lebih muda daripada Mang Ucup bisa falling in love kepada Mang Ucup? Baca sambungannya, Loves Story Ucup dan Mbak Wied. Maturnuwun sanget berkah dalem.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar