Peserta Aksi Bayaran Tolak KAMI Diusulkan Minta Asuransi
ASKARA - Purnawirawan Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN) yang menggelar tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Rabu kemarin (30/9) terlibat kericuhan dengan kelompok demonstran.
Mereka menyasar mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang mengikuti acara tabur bunga.
Menurut Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Edy Mulyadi, kericuhan dalam ziarah PPKN itu bisa disebut sebagai anti klimaks terhadap aksi-aksi menolak keberadaan KAMI.
Pada aksi-aksi sebelumnya di banyak daerah, gerombolan demonstran bayaran terkesan jumawa karena dilindungi oleh penguasa. Tetapi kemarin mereka ketemu batunya.
Peserta ziarah yang merupakan para veteran perang dan anggota sejumlah ormas balik melawan. Peserta demo bayaran itu langsung lari tunggang langgang.
"Ada aksi tandingan yang menolak kehadiran KAMI. Kalau di daerah lain kegiatan relatif sabar dan menerima tapi kemarin di Kalibata itu anti klimaks," kata Edy dalam channel Youtube, Kamis (1/10).
Edy memperkirakan, perlawanan rakyat seperti di TMP Kalibata bisa saja kembali terulang di tempat lain. Artinya, bentrokan horizontal sangat mungkin terjadi.
Menurutnya, penguasa terlalu panik dengan mengerahkan segala cara. Termasuk upaya membenturkan di level bawah karena KAMI sejatinya adalah gerakan moral.
Untuk itu, Edy mengingatkan pihak-pihak yang membiayai aksi demo agar hati-hati lantaran sudah main-main dengan nyawa anak-anak.
"Itu masih anak-anak semua, paling gede SMA, kasihan deh. Lari pontang panting, untung tidak jatuh. KAMI ini apa sih cuma gitu-gitu doang," tuturnya.
Edy meyakini bahwa para peserta demo pasti mendapatkan uang, nasi bungkus dan akomodasi untuk datang ke lokasi. Namun, menurutnya, ada yang lebih penting dibutuhkan oleh peserta aksi.
"Buat adik-adik dan anak-anak yang dibayar untuk demo, selain uang dan nasi bungkus sebaiknya kalian nanti juga minta tambahan asuransi. Ini penting. Jangan sampai kalian jadi korban sia-sia. Ingat, rakyat sudah sangat marah lho," jelasnya.
Diketahui, para demonstran yang mayoritas berusia remaja mengatasnamakan aliansi mahasiswa. Semula mereka berorasi dengan penuh semangat sebelum akhirnya membubarkan diri.
Sementara, sejumlah ormas seperti FKPPI, Pengacara dan Jawara Bela Umat, Bang Japar serta beberapa lainnya yang mengawal acara tabur bunga PPKN merasa tersinggung dengan isi dari orasi demonstran. Mereka pun menganggap jika para demonstran itu merupakan massa bayaran yang datang hanya untuk melakukan provokasi.
Komentar