Jumat, 26 April 2024 | 02:05
TRAVELLING

Mendaki Gunung Tampomas, Dikejutkan Sosok Putih Tertangkap Kamera

Mendaki Gunung Tampomas, Dikejutkan Sosok Putih Tertangkap Kamera
Mendaki Gunung Tampomas (Dok Youtube Dzawin Nur)

ASKARA - Komika Dzawin Nur Ikram kembali mencoba pendakian di tengah pandemi. Kali ini, menjajal mendaki Gunung Tampomas yang terletak di sebelah utara Kota Sumedang. Gunung itu memiliki ketinggian 1.684 mdpl. 

Dzawin ditemani dua temannya bernama Muhammad Barkah yang memiliki kemampuan bushcraft dan seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bobby. Mereka memulai pendakian di ketinggian 850 mdpl.

Untuk mencapai puncak Gunung Tampomas, para pendaki bisa menggunakan beberapa jalur pendakian, di antaranya via Narimbang dan Ciebeureum. Mereka memilih jalur Narimbang. 

Perjalanan menuju ke puncak Tampomas didominasi dengan pemandangan hutan pinus dan semak belukar. Meski cenderung landai namun waktu perjalanan yang diperlukan relatif lebih panjang.

"Targetnya kita camp di puncaknya di petilasan ketinggian 1.684 mdpl. Jadi kita naik di ketinggian 800 mdpl. Itu mungkin sekitar 3-4 jam," kata Dzawin dalam channel YouTube miliknya, yang diunggah Kamis (3/9). 

Dikatakannya, perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 memakan waktu sekitar 2 jam. Sementara menuju pos 3 dan 4 tidak terlalu jauh. Mereka menargetkan tiba di puncak pukul 19.00 hingga 20.00 WIB.

"Belum sampai pos 2 sudah jam 18.00 WIB. Jadi mungkin sampai puncak pukul 20.00 WIB, ganti rencana lagi kita jalan santai lah," tutur Dzawin. 

Matahari sudah mulai tenggelam dan langit pun sudah semakin gelap. Senter dan headlamp pun disiapkan. Mereka akan beristirahat di pos 3 selama 1 jam, sebelum kembali melanjutkan perjalanan. 

"Jadi ralat sampainya (puncak) pukul 01.00 WIB mungkin kalau begini terus," ucap Dzawin tertawa.

Sudah selesai istirahat di pos 3, kemudian mereka kembali berjalan melewati pos 4 dan 5, treknya semakin menantang. Ketinggiannya 1.500 mdpl. "Mana jalannya? Waw. Manjat tiba di pos 5," tuturnya. 

"Jadi sekitar setengah jam lagi sampai puncak. Terus turun lagi ke petilasan mungkin kita akan tidur di saung tempat orang ziarah. Cuma kalau buka tenda cuma bawa satu," tambahnya. 

Ketika mereka beranjak menuju puncak tiba-tiba Dzawin melihat ada yang nampak sosok putih di belakang mereka. Jalan yang menyempit membuat mereka jalan dengan perlahan. 

"Sampai di Sangingang Taraje katanya tanjakannya terjal. Eta bodas naon tah teu katingali di kamera (itu putih apa tidak keliatan di kamera) aya benguetan eta (ada mukanya)," kata Dzawin ketakutan. 

Mereka tidak menghiraukannya dan berusaha kembali terus berjalan. Belum lama melewati trek yang menanjak, tiba-tiba di depan ada sosok serba putih. Tentu membuat langkah mereka terhenti. "Makin mencekam," timpal Barkah. 

"Naon kie bodas (apa ni putih?) karung? Gimana caranya di situ. Kalau parno jadi ketakutan karena berpikir tidak logis ya kalau kecapean wajar," imbuh Dzawin. 

Namun ketika diperiksa oleh Barkah, sosok putih itu hanya berupa pamplet yang awalnya diikat ke dahan pohon. Karena angin kencang membuat terjatuh. "Terus memang muter ke sini. Kebetulan memang posisinya seperti yang lagi duduk," jelas Barkah.

Menurutnya, jika seorang pendaki dalam kelelahan karena fisiknya terkuras akibat mendaki sangat wajar melihat sesuatu yang aneh. Bisa dikaitkan dengan hal-hal mistis.

"Kita dalam tekanan sehingga memvisualisasikan dalam ketakutan," ucap Barkah. 
Karenanya harus tetap fokus, logis dan jaga staminanya. Jika tidak akan terjadi sesuatu yang fatal.

"Soalnya kalau ketakutan bisa lari, itu yang membahayakan," cetus Dzawin. "Itu yang kita butuhkan PMA (positif, mental dan atitude)," saut Barkah menambahkan.

Mereka pun akhirnya tiba di puncak pukul 00.00 WIB. Langsung bisa menikmati indahnya pemandangan Kota Sumedang. Diperkirakan suhunya 15 derajat celsius ditambahkan tiupan angin yang kencang. 

Komentar