Selasa, 21 Mei 2024 | 07:50
NEWS

Garam Petani Tidak Terserap Gara-gara Produk Impor Marak

Garam Petani Tidak Terserap Gara-gara Produk Impor Marak
Ilustrasi. (Industry)

ASKARA - Banyak yang harus diperbaiki di lapangan terkait masalah garam, mulai tidak terserapnya garam rakyat hingga garam impor yang seharusnya untuk industri namun diperdagangkan untuk konsumsi.

Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin meminta pemerintah turun tangan memberikan perhatian kepada petani garam yang mengeluh akibat garamnya tidak terserap. 

"Meski pemerintah belum mengizinkan impor tapi di lapangan sudah tampak jelas bahwa garam impor marak. Pemusnahan 2,5 ton garam Himalaya tanpa Standar Nasional Indonesia ini baru yang kelihatan, yang tidak kelihatan lebih banyak," jelasnya kepada media, Rabu (5/8).

Andi Akmal menyesalkan, di Provinsi Jawa Timur masih ada stok garam ratusan ton tapi aktivitas impor terus berjalan. Bahkan, 400 ton garam rakyat di suatu provinsi yang belum terserap mesti mendapat perhatian dan solusi dari pemerintah baik pusat maupun daerah.

Dia mengkritisi bahwa tidak terserapnya garam rakyat itu disebabkan stok impor yang masih banyak. Padahal pemerintah belum pernah menerbitkan izin impor garam tertentu yang marak di pasar dan sebagian telah dimusnahkan. Salah satunya garam Himalaya untuk konsumsi.

Andi Akmal terus mengingatkan pemerintah untuk membangun sistem produksi garam yang berkualitas. Bahan baku yang melimpah di Indonesia merupakan potensi besar untuk mengembangkan garam dengan kualitas industri maupun konsumsi.

Saat ini, para pengusaha makanan minuman memilih membeli garam impor karena kualitasnya lebih bagus dan harga yang lebih murah.

Politisi PKS itu merujuk neraca garam nasional bahwa kebutuhan garam nasional tahun 2019 sekitar 4,2 juta ton. Terdiri atas kebutuhan industri sebesar 3,5 juta ton, konsumsi rumah tangga 320.000 ton, komersial 350.000 ton, serta peternakan dan perkebunan 30.000 ton. 

Untuk Kebutuhan di 2020, dia memperkirakan tidak begitu jauh. Bahkan akan ada peningkatan pada masa pandemi ini karena usaha makanan minuman dalam kemasan meningkat.

"Saya berharap, ke depannya pemerintah mampu menciptakan sektor produksi garam yang memenuhi kebutuhan Nasional. Mengambil garam rakyat akan menjadi mudah ketika sistem industri garam kita sudah maju. Bukan saja memenuhi kebutuhan nasional, potensi ekspor garam juga menjadi besar dan ini bila tidak menjadi perhatian khusus sampai berpuluh tahun ke depan kita tidak akan ada kemajuan pada industri garam ini," jelas Andi Akmal.

Komentar