Sabtu, 20 April 2024 | 12:29
NEWS

Belajar dari Penanganan Wabah di Masa Lalu

Belajar dari Penanganan Wabah di Masa Lalu
Dr. Bayu Krisnamurthi. (Dok. BNPB)

ASKARA - Wabah penyakit bukan pertama kali melanda Indonesia. Pada 2005 silam tercatat ada sekitar 200 kasus penularan flu burung menginfeksi manusia terjadi di Indonesia dan kurang dari 1000 kasus di dunia.

Ketua Komite Nasional Pengendalian Flu Burung Pandemi Influenza (Komnas FBPI) 2005-2009 dr. Bayu Krisnamurthi menilai, dampak wabah flu burung lebih ringan jika dibandingkan Covid-19 yang saat ini dihadapi Indonesia.

"Kalau dibandingkan dengan Covid-19 terus terang saja saya harus mengatakan flu burung itu enggak ada apa-apanya," katanya dalam dialog Media Center Gugus Tugas Nasional di Graha BNPB, Jumat (10/7).

Meski yang mengerikan dari flu burung angka kematian (fatality rate) sangat tinggi. Angka kematian di dunia sebesar 60 persen, sementara di Indonesia mencapai 80 persen.  

Dokter Bayu menceritakan, dalam penanganan flu burung, pemerintah mengambil langkah cepat membentuk Komnas FBPI sejak awal terdeteksinya virus. 

Komnas FBPI kemudian melancarkan strategi yang akhirnya dapat meredam dampak wabah saat itu. 

"Kita menangani penyakitnya, dampak sosial ekonominya, dan komunikasi publiknya itu dalam porsi yang sama besar," jelasnya.

Saat menangani wabah, Komnas FBPI melibatkan seluruh ilmuwan yang ada. Karena wabah flu burung merupakan sesuatu yang baru pada saat itu.

Bicara mengenai dampak ekonomi penanganan kasus flu burung, unggas yang berpotensi terinfeksi harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Padahal, di sisi lain, ayam dan unggas memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.

Untuk porsi komunikasi publik, yang dilakukan pemerintah menjangkau masyarakat dengan komunikasi tidak putus-putus secara kreatif. 

"Komunikasi yang membuat mereka bukan hanya takut tapi juga kita siaga," kata Dokter Bayu.

Dia juga menitikberatkan pentingnya strategi komunikasi yang perlu disusun dengan baik agar pemenuhan informasi kepada masyarakat dapat diterapkan.

"Strategi komunikasi ini kita susun dengan baik, strategis, komprehensif, multilevel. Masyarakat sekarang membutuhkan informasi, kalau tidak diisi mereka akan cari. Jadi penuhi dengan informasi yang benar," jelas Dokter Bayu. 

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan 2004-2009 I Nyoman Kandun mengingatkan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. 

Dia menambahkan, kerja sama lintas sektor yang sinergis sangat diperlukan agar langkah penanganan penyebaran virus dapat terlaksana efektif.

"Kerja sama antar lintas sektor, lintas program bahkan lintas negara sangat penting sekali. Karena penyakit menular tidak mengenal wilayah secara administratif," katanya. 

 

Komentar