Jumat, 19 April 2024 | 20:32
OPINI

Menatap Indonesia dengan Wawasan Kebangsaan Pancasila

Menatap Indonesia dengan Wawasan Kebangsaan Pancasila
Ilustrasi Pancasila (Istimewa)

Sedulur, Indonesia merupakan sebuah bangsa yang lahir dari keragaman kultural dan etnis yang kaya dengan nilai dan falsafah Kemanusiaan yang berasal dari nilai Ketuhanan. Sebagai sebuah bangsa yang memiliki kecenderungan untuk memperkaya nilai kemanusian, kehidupan yang berkesinambungan dengan alam, Indonesia memiliki modal sosial yang melimpah untuk menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Untuk menekuni nilai dan falsafah kemanusiaan bangsa Indonesia tidaklah rumit apalagi kompleks, budi pekerti yang luhur dan ketekunan untuk mengembangkan diri sudah merupakan cara yang baik untuk dilakukan.

Bangsa Indonesia sendiri merupakan wujud dari puncak tatanan masyarakat nusantara yang terdiri dari beragam etnis dan kultural, nilai dan falsafah kemanusiaan tradisional sangat dipegang teguh oleh rakyat Indonesia untuk mengarungi kehidupannya. Jamak kita lihat di seantero nusantara dan kita temui di setiap sudut Indonesia, masyarakat yang berbudi pekerti luhur yang disertai ketekunan untuk memperluas cakrawala kehidupannya. Dalam proses menjalani kehidupannya pun bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.

Perjalanan panjang sejarah kemanusiaan bangsa Indonesia yang berangkat dari budi pekerti luhur nenek moyang nusantara telah membuktikan bahwa kita bisa, kita mampu dan kita akan mencapai puncak peradaban seperti yang telah di cita-citakan oleh para founding fathers Indonesia di dalam Proklamasi Kemerdekaan dan Pembukaan UUD 1945. Berabad-abad Indonesia telah mampu menjawab tantangan jaman, dan berabad-abad pula Indonesia akan bertahan dan mampu memberikan yang terbaik bagi kemanusiaan. Bangsa Indonesia merupakan tatanan masyarakat yang unggul dalam menekuni falsafah Ketuhanan dan Kemanusiaan, berbagai fakta monumental telah menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia dilahirkan dan diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan dan berbakti kepada Kemanusiaan.

Dalam naskah ini pemateri takkan memberikan gambaran kepada peserta didik LKM Himasi Universitas Budi Luhur tentang falsafah paradigma berfikir Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx atau Immanuel Kant. Pemateri ingin mengajak peserta didik untuk bersama-sama urun rembug tentang Bangsa Indonesia dan seperti apa kita di masa yang akan datang, sebab sebagai bagian dari pemuda, peserta didik akan menjadi pundak bagi bangsa Indonesia di masa depan. Oleh sebab itu, pemateri mengajak peserta didik untuk berbicara ke masa depan bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari tanggung jawab Ketuhanan dan Kemanusiaan kita bersama. Karena apa yang kita perbuat hari ini tentunya menjadi bagian dari jejak-jejak sejarah kehidupan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Krisis Kemanusiaan Global dan Indonesia Memberikan Jawaban.

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi falsafah Ketuhanan dan Kemanusiaan, Indonesia sebagai bagian dari tatanan masyarakat dunia, turut menyaksikan dan terdampak oleh pengaruh krisis Kemanusiaan Global yang mengemuka di saat ini. Di berbagai wilayah di dunia Indonesia dihadapkan pada begitu banyak kejadian global yang menghantui tatanan pergaulan kita sebagai sebuah bangsa, dan sebagai sebuah entitas masyarakat yang berbudi pekerti luhur tentunya krisis Kemanusiaan yang dialami oleh dunia menghadirkan rasa kepedihan dan kepiluan tersendiri, terkadang untuk menyaksikannya pun tak jarang kita merasa begitu menyakitkan meskipun kita tak mengalaminya.

Krisis Kemanusiaan yang tak berkesudahan sejak Perang saudara India – Pakistan pada tahun 1971, yang berturut-turut menghantui masyarakat dengan perang sipil dan terorisme, tak terasa menjadi ladang subur bagi kejahatan perdagangan gelap senjata dan senjata pemusnah massal. Sedikit sekali masyarakat di Timur Tengah mengalami jeda masa perdamaian, yang selanjutnya berturut-turut Revolusi Iran pada tahun 1978, Perang saudara di Afghanistan sejak tahun 1978, Perang Iran – Irak 1980 sampai 1988, Invasi Irak terhadap Kuwait pada tahun 1990, perang Teluk 1990 – 2011 dan Krisis Suriah pada tahun 2012 hingga sekarang. Perang-perang ini telah begitu banyak memakan korban jiwa dan pengungsi yang terlantar, dan dampaknya di negeri kita menjadi pemecah belah persatuan atas keberpihakan kelompok masyarakat tertentu dengan kelompok masyarakat yang lain.

Dan Indonesia di masa-masa pecahnya perang merupakan bangsa yang berpihak yaitu kepada perdamaian. Pasukan dan delegasi perdamaian Indonesia untuk krisis Kemanusiaan banyak di kerahkan oleh Republik Indonesia dan bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang dominan dalam mengusung perdamaian di dunia. Tak luput satu krisis pun bangsa Indonesia memberikan kontribusi perdamaian kepada pihak-pihak yang bertikai, dan sebagai bangsa yang dikenal menjunjung tinggi budi pekerti luhur, bangsa Indonesia mampu diterima oleh pihak-pihak yang bertikai dan turut memberikan solusi perdamaian. Dengan memperkuat KTT Asia Afrika dan KTT Non Blok, Indonesia memainkan peranan penting untuk mendelegasikan wakilnya untuk perdamaian dunia, dan sebagai entitas masyarakat, baik secara individu maupuin berkelompok banyak terdapat organisasi-oraganisasi di Indonesia yang memberikan kontribusi perdamaian bagi pertikaian di berbagai wilayah dunia.

Kemampuan untuk menengahi konflik dan memberikan solusi perdamaian merupakan wujud bentuk dari sublimasi nilai luhur dengan perilaku keseharian kita, sehingga memiliki kepekaan sosial terhadap apa yang berkembang di sekitar kita. Dibarengi kepekaan sosial inilah pemuda Indonesia diharapkan mampu berperan memberikan kontribusi perdamaian secara arif dan bijaksana, sebab menuntaskan sebuah konflik bukan tentang pemenuhan hasrat dan nafsu pihak yang berkonflik, tetapi tentang bagaimana prinsip keadilan dan kemaslahatan bersama dapat terpenuhi untuk kebaikan bersama. Dalam prosesnya tentu akan banyak silang pendapat mengemuka tetapi pada konklusinya terciptanya kondisi perdamaian menjadi tujuan akhir dari pertikaian yang ada, serta untuk mampu memberikan kontribusi perdamaian, peserta didik diharapkan memiliki modal dasar berbudi pekerti luhur dan ketekunan dalam memperluas wawasan kebangsaannya.

Hingga akhir jaman falsafah Ketuhanan dan Kemanusiaan yang terejawantah dalam bentuk budi pekerti luhur akan selalu menjadi modal sosial bangsa Indonesia untuk memberikan kontribusi kepada perdamaian. Dengan ketekunan bangsa Indonesia dalam mensyiarkan perdamaian, bangsa Indonesia akan selalu dikenang sebagai entitas masyarakat yang gandrung akan perdamaian dunia, serta di masa yang akan datang diharapkan pemuda yang merupakan pundak dan tulang punggung bangsa Indonesia akan terus mewarisi kemampuan para pendahulunya yang mampu memberikan jawaban atas persoalan dunia.

Pemuda Indonesia Mewarisi Pancasila Sebagai Falsafah Kebangsaan

Indonesia memiliki kecenderungan yang unik ditengah pergaulan tatanan masyarakat dunia, yaitu kuantitas pemudanya yang mencapai 60 persen dari keseluruhan penduduknya, yang artinya Pemuda Indonesia merupakan unsur masyarakat yang paling dominan di Indonesia. Dan keunikan Indonesia ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun 2055, dengan kecenderungan demografi yang produktif inilah, Indonesia dipandang sebagai sebuah bangsa yang selalu kreatif dan inovatif di masa yang akan datang. Dan keunikan ini mesti diimbangi dengan kemampuan bangsanya untuk memberikan tauladan kepada Pemuda Indonesia dalam menempuh lika liku kehidupannya, sehingga ketika sampai sebuah tanggung jawab ke pundak Pemuda, bangsa Indonesia mampu memenuhi harapan yang di cita-citakan.

Pancasila merupakan falsafah dan pedoman hidup yang tidak dapat terpisahkan dari jiwa dan raga masyarakat Indonesia, sebagai sebuah konteks mungkin Pancasila baru ada sejak 1945 tetapi sebagai sebuah tatanan nilai, Pancasila merupakan perasan dari benang merah tatanan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Nusantara Indonesia telah mengalami tiga fase Kebangsaan yakni, Kerajaan Sriwajaya, Kerajaan Majapahit dan kini Republik Indonesia, fase Republik Indonesia pun telah memasuki fase ketiga yakni, era Pergolakan Kemerdekaan, era Pembangunan dan kini era Perubahan. Pada berbagai fase yang disertai begitu banyak persoalan kebangsaan yang cukup pelik di dunia, bangsa Indonesia selalu mampu menjawab tantangan jaman dan Pancasila sebagai tonggak nilai falsafah kebangsaan berdiri teguh mengawal pasang surutnya kehidupan berbangsa.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan falsafah kebangsaan yang dipegang teguh di tiap generasinya dan tak lekang oleh jaman. Memang pada prosesnya Pancasila banyak mengalami pasang surut pemaknaan, namun ketahuilah bahwa Pancasila apabila diperas menjadi trisila maka terbentuklah prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Sosio Demokrasi dan Sosio Nasionalisme, yang apabila diperas lagi dalam satu prinsip hidup yaitu Gotong Royong. Yang artinya segala bentuk nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Nasionalisme dan Demokrasi maka Pancasila memiliki peranan penting untuk mengisi sendi-sendi kehidupannya, sehingga entah apapun namanya di 500 tahun yang akan datang, tetap Pancasila merupakan falsafah berbangsa Indonesia dan Nusantara merupakan gugusan masyarakat yang berbudi pekerti luhur.

Peserta didik diberikan pemahaman falsafah Pancasila dalam kaitannya dengan wawasan Kebangsaan agar tetap manunggal dengan akar budayanya, serta memiliki pemahaman yang utuh tentang bagaimana bangsa Indonesia nantinya akan mengarungi seluk beluk kehidupannya, untuk mengantisipasi dampak geger budaya yang menggejala dengan berbagai faham liberalisme yang mengemuka di tatanan masyarakat dunia maka peserta didik diberikan pengetahuan tentang falsafah Ketuhanan dan Kemanusiaan yang termaktub dalam Pancasila. Di masa yang akan datang, bangsa Indonesia akan dihadapkan pada kompleksitas teknologi mutakhir yang menggejala di tanah air sehingga dipandang perlu untuk peserta didik memahami seluk beluk sublimasi manusia Indonesia dengan alam sekitarnya, agar dampak kemajuan teknologi dapat bermanfaat bagi rakyat Indonesia.

Peran Mahasiswa Indonesia Yang Dinamis Untuk Mencapai Masyarakat Yang Adil dan Makmur

Dinamika mahasiswa merupakan sebuah peran yang sangat penting di setiap fase kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai golongan masyarakat terpelajar, mahasiswa adalah avant garde, ujung tombak tatanan masyarakat. Di setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat, golongan terpelajar diperlukan perannya untuk mengisi kekosongan di tengah-tengah masyarakat dan di pandang perlu untuk membekali peserta didik dengan kemampuan analisis sosial untuk mampu terus berinovasi untuk kemajuan rakyat Indonesia. Dengan daya kreasinya, mahasiswa Indonesia merupakan pilar utama untuk kemajuan bangsa Indonesia, sehingga untuk mampu menjawab tantangan jaman, mahasiswa Indonesia mesti memiliki kemampuan untuk peka dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.

Manunggalnya mahasiswa Indonesia dengan rakyat merupakan peran yang diemban oleh Pemuda Indonesia agar mampu menyerap aspirasi dan keresahan yang berkembang di masyarakat dan dengan kepekaan inilah mahasiswa Indonesia akan mampu memberikan solusi untuk segala persoalan di masyarakat. Modal dasar berbudi pekerti luhur dan ketekunan untuk mengembangkan diri nantinya akan mengantar mahasiswa Indonesia menjadi pemuda yang utuh pemahaman, kecakapan dan kemampuannya untuk menghantar bangsa Indonesia ke gerbang pintu kemerdekaannya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Kesejahteraan rakyat Indonesia menjadi tugas yang diemban oleh segenap mahasiswa Indonesia merupakan amanah yang harus terlaksana untuk tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.

Konektivitas pemuda Indonesia dengan kawasan pun mesti terjaga sedini mungkin, sehingga ketika mengemban misi perdamaian, mahasiswa Indonesia mampu mengenali pendekatan-pendekatan sosial kemasyarakatan yang dibutuhkan, dan sebagai bagian dari Pemuda Indonesia secara keseluruhan, mahasiswa Indonesia dipandang perlu untuk memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan di sekitar masyarakat, baik regional kawasan maupun lokal nasional. Agar perdamaian abadi seperti yang termaktub di Pembukaan UUD 1945 dapat terwujud dengan serta merta dan mampu menghantar rakyat Indonesia pada kemaslahatan.

Di masa depan, peran mahasiswa Indonesia akan semakin signifikan, sebab kebutuhan untuk melahirkan generasi penerus yang terpelajar merupakan ciri khas di setiap generasi bangsa Indonesia. Pemuda dengan karakter yang kuat akan menjadi tokoh yang dikenal oleh masyarakat dan akan menghantarkan bangsa Indonesia kepada kemaslahatan yang sesungguhnya. Tanpa mengurangi arti materialisasi kebendaan, pemateri mencoba untuk mengajak peserta didik untuk terus selalu saling mengasah, saling mengasih dan saling mengasuh satu sama lainnya, sebab kemaslahatan yang sesungguhnya tidak selalu identik dengan materialisasi kebendaan meskipun terdapat di dalamnya, tetapi lebih kepada kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan yang menjadi penting bagi setiap peserta didik untuk menempuh kehidupan di masa yang akan datang.

Kesadaran Afeksi, kemampuan Kognisi dan Keutuhan Konasi mahasiswa Indonesia agar selalu diasah oleh peserta didik, agar menghasilkan generasi yang paripurna dalam menekuni sendi-sendi kehidupan berbangsa Indonesia. Di masa depan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan materialisasi kebendaan tidak lagi menjadi pokok dalam sendi kehidupan, di masa yang akan datang materialisasi kebendaan akan diperuntukkan sebesar-besarnya untuk kepentingan kemaslahatan bangsa Indonesia. Kecenderungan kemudahan untuk materialisasi kebendaan akan menjadi hal yang jamak ditemui di masa yang akan datang, tetapi apakah materialisasi kebendaan akan mendatangkan kemaslahatan disitulah peran mahasiswa Indonesia sebagai golongan terpelajar memberikan kontribusinya terhadap Kemanusiaan dan Kehidupan. Sebab apalah arti materialisasi kebendaan apabila tidak menyokong kemanusiaan dan kehidupan, hanya akan menjadi tumpukan barang rongsok di gudang. Tetapi bagaimana materialisasi kebendaan mampu untuk menyokong Kemanusiaan dan Kehidupan untuk mencapai masyarakat yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur menjadi kunci masa depan bangsa Indonesia.

 

 

Naskah dibuat oleh AB Parlindungan, sebagai pemateri dalam Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (Himasi), Universitas Budi Luhur di Cisarua, Bogor. Naskah dipaparkan tanggal 25 Februari 2017, pada jadwal materi Paradigma Berfikir dan Dinamika Mahasiswa.

Komentar