Belum 5 Menit, Apakah Makanan yang Jatuh Masih Aman Dikonsumsi? Ini Penjelasannya

Oleh: May Rahmawati
Mahasiswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ASKARA - Makanan merupakan kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup. Bagi manusia, makan bukan hanya sekadar rutinitas tiga kali sehari, tetapi juga sumber energi untuk menjalankan aktivitas harian. Tanpa asupan makanan yang cukup dan aman, tubuh akan menjadi lemas, dan aktivitas sehari-hari pun terganggu.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui kebiasaan yang mengabaikan aspek keamanan pangan, salah satunya adalah ungkapan populer: “belum lima menit” yang biasa diucapkan ketika makanan jatuh ke lantai. Banyak orang masih percaya bahwa jika makanan belum menyentuh lantai lebih dari lima menit, maka masih aman untuk dimakan. Padahal, pandangan ini sebaiknya ditinjau ulang secara ilmiah.
Risiko Mikroorganisme dari Permukaan Kotor
Makanan yang jatuh sangat mungkin terkontaminasi oleh mikroorganisme. Menurut Nurhayati et al. (2022), mikroorganisme adalah makhluk hidup berukuran mikroskopis seperti virus, bakteri, fungi (ragi dan kapang), alga mikroskopis, dan protozoa. Mikroorganisme dapat ditemukan di mana saja: di debu, udara, tanah, air, dan bahkan tubuh manusia atau hewan. Karena ukurannya yang kecil dan ringan, mikroorganisme sangat mudah berpindah melalui udara dan menempel di berbagai permukaan.
Beberapa mikroorganisme memang bermanfaat, namun banyak pula yang bersifat patogen menyebabkan penyakit. Ketika makanan jatuh ke permukaan seperti lantai, mikroorganisme patogen berisiko berpindah ke makanan tersebut.
Ancaman Penyakit Bawaan Makanan (Foodborne Disease)
Makanan yang terkontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne disease. Penyakit ini terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung bakteri, virus, atau parasit berbahaya. Untuk mencegahnya, diperlukan penerapan higiene dan sanitasi makanan yang baik, yakni serangkaian tindakan untuk memastikan kebersihan dan keamanan makanan dalam setiap tahap pengolahan.
Menurut Anditiarini et al. (2020), higiene dan sanitasi makanan bertujuan untuk:
Mencegah kontaminasi oleh bakteri,
Mencegah pertumbuhan mikroorganisme merugikan,
Mencegah kontaminasi silang dan rekontaminasi.
Tanah dan Lantai: Sarang Mikroorganisme
Tanah adalah media pertumbuhan yang sangat baik bagi mikroorganisme karena mengandung bahan organik, anorganik, dan mineral. Amaliah et al. (2022) mencatat bahwa tanah yang subur dapat mengandung lebih dari 100 juta mikroorganisme per gram. Bahkan, limbah domestik seperti popok, pembalut, tisu, makanan, dan minuman dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri patogen.
Bakteri coliform, indikator pencemaran lingkungan, dapat berasal dari tanah atau air yang terkontaminasi. Selain itu, kelompok bakteri Enterobacteriaceae seperti Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus juga dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan. Lantai, yang setiap hari diinjak dengan alas kaki yang membawa debu atau tanah, tentu berpotensi menjadi sarang bakteri tersebut.
Metode Penghitungan Mikroba
Untuk mengetahui seberapa besar risiko kontaminasi, analisis mikrobiologi seperti metode TPC dan MPN digunakan.
1. Metode TPC (Total Plate Count) atau ALT digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme aerobik mesofilik dalam makanan, sebagai indikator kualitas higienitas makanan. Media seperti PCA (Plate Count Agar) digunakan dan diinkubasi pada suhu 30°C selama 48 jam (Rahayu & Nurwitri, 2021).
2. Metode MPN (Most Probable Number) digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme dalam sampel cair. Metode ini melibatkan seri tabung reaksi yang diinkubasi dan diamati untuk kekeruhan atau produksi gas (Ngatirah, 2017).
Kesimpulan: Lebih Baik Dibuang
Berdasarkan fakta dan data ilmiah tersebut, sebaiknya kita tidak mengonsumsi kembali makanan yang telah jatuh ke lantai atau permukaan yang tidak terjamin kebersihannya, meskipun hanya beberapa detik. Mikroorganisme tidak membutuhkan waktu lima menit untuk menempel. Bahkan dalam hitungan detik, bakteri dapat berpindah ke makanan.
Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Makanan yang sudah jatuh sebaiknya dibuang demi menghindari risiko penyakit seperti diare, tipes, atau infeksi saluran pencernaan lainnya. Sebab, seperti pepatah lama, “Apa yang masuk ke tubuh kita bisa menjadi obat atau malah menjadi penyakit.”
Komentar