Sudah Dipecat, Hendry CH Bangun Masih Diberi Panggung: PWI atau Panggung Wartawan Indonesia?

ASKARA – Dalam dunia pers yang katanya menjunjung tinggi etika dan profesionalisme, ternyata ada juga ruang VIP bagi yang sudah “dikeluarkan dari gedung” tapi masih semangat mengatur kursi. Adalah Hendry CH Bangun, eks Ketua Umum PWI yang meski sudah dicoret dari daftar pemain inti, tetap tampil penuh gaya di atas panggung organisasi, entah sebagai bintang tamu, komentator, atau mungkin figuran utama dalam sinetron berjilid-jilid bertajuk “Balada Gedung Kebon Sirih 34.”
Setelah diberhentikan dari jabatan ketua karena dugaan salah kelola dana UKW, yang kabarnya sampai menyenggol BUMN dan menimbulkan "tsunami etika," publik berharap Hendry istirahat sejenak, mungkin healing di Lembang. Tapi tidak, Bung Hendry malah gas pol. Bukannya introspeksi, ia malah menggugat Dewan Pers ke pengadilan. Bukan untuk klarifikasi, tapi lebih mirip plot twist FTV sore, mantan pacar datang menuntut hak sewa kos!
Dan seperti dunia sinetron yang penuh kejutan, Hendry malah kembali tampil di panggung resmi, ikut rapat, bicara soal rekonsiliasi, dan... menentukan masa depan organisasi. Penonton bingung, ini PWI atau sinetron "Orang Ketiga Reborn?"
"Meski sudah bukan ketua, beliau masih kami beri tempat," ujar salah satu panitia yang enggan disebut namanya, mungkin karena takut ditelepon tengah malam. "Ya, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah," tambahnya, sambil membuka folder 'kenangan lama' di laptopnya.
Tak cukup sampai situ, Hendry juga turut menandatangani Kesepakatan Jakarta, seolah masih menjabat, atau minimal sebagai cameo dengan naskah penuh kata bijak: "ikhlas, tanggung jawab, kedamaian, dan... kalau bisa, ngopi bareng." Netizen pun bertanya-tanya, "Kalau gitu dipecatnya buat apa?"
Kini, publik menunggu Kongres Persatuan 30 Agustus 2025, bukan untuk melihat siapa menang, tapi untuk mencari tahu, apakah panggung PWI ini memang untuk wartawan... atau mantan ketua yang belum siap pensiun?
Satu hal yang pasti, dalam drama organisasi ini, tak ada istilah "off the record." Semuanya on the stage, lengkap dengan spotlight, mikrofon, dan standing ovation dari mereka yang sudah lupa siapa sebenarnya yang sedang disorot.
Komentar