Senin, 16 Juni 2025 | 08:23
LIFESTYLE

Kasus Fistula Ani di Indonesia Masih Tinggi, Waspadai Gejalanya

Kasus Fistula Ani di Indonesia Masih Tinggi, Waspadai Gejalanya
Fistula Ani (Dok Freepik)

ASKARA - Fistula ani merupakan penyakit yang cukup sering ditemui di layanan medis bedah, namun masih banyak masyarakat yang belum memahami bahaya dan gejalanya. Di Indonesia, kasus fistula ani lebih banyak dialami oleh laki-laki, terutama pada usia produktif 30 hingga 40 tahun, sebagaimana dicatat dalam studi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode 2010–2014.

Penyakit ini terjadi akibat terbentuknya saluran abnormal antara anus dan kulit di sekitarnya. Biasanya, fistula ani berawal dari infeksi berupa abses anorektal yang tidak sembuh sempurna, lalu berkembang menjadi saluran kecil yang mengeluarkan nanah atau cairan dari lubang di sekitar anus. Rasa nyeri, terutama saat duduk atau buang air besar, serta pembengkakan lokal menjadi gejala yang paling sering dirasakan pasien.

Meski tidak secara langsung mematikan, fistula ani dapat menyebabkan penderitaan berkepanjangan dan komplikasi serius seperti infeksi berulang hingga gangguan kontrol buang air besar (inkontinensia). Dokter spesialis bedah umum menyebutkan bahwa fistula ini tidak dapat sembuh hanya dengan obat-obatan, melainkan memerlukan tindakan operasi seperti fistulotomi atau pemasangan seton, tergantung tingkat keparahannya.

Masyarakat diimbau untuk tidak menyepelekan gejala awal seperti benjolan dan keluarnya cairan dari area anus. Gaya hidup bersih, konsumsi makanan berserat, serta kebiasaan buang air besar yang lancar merupakan langkah penting dalam mencegah munculnya infeksi yang bisa berujung pada fistula ani. Pemerintah dan institusi kesehatan juga perlu lebih gencar melakukan edukasi karena rendahnya kesadaran dini menjadi tantangan dalam penanganan kasus ini di Indonesia.

 

 

Komentar